Jumat, 05 September 2014

Shalat Shubuh dan Shalat Isya Paling Berat Bagi Orang Munafik

Shalat Shubuh dan Shalat Isya Paling Berat Bagi Orang Munafik
“Shalat berjama’ah lebih utama dibanding shalatnya salah seorang dari kalian dengan sendirian dengan dua puluh lima bagian. Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh).”
Abu Hurairah kemudian berkata, “Jika mau silakan baca, “Sesungguhnya bacaan (shalat) fajar disaksikan (oleh para malaikat).” (QS. Al Israa: 78).
(HR. Al- Bukhari no. 137 dan Muslim no.632)

“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.”
(HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)

“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.”HR. Muslim no. 656)

“Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.”(HR. Muslim no. 163)

Dua shalat yang memiliki keutamaan yang besar adalah shalat Shubuh dan Shalat Isya.Dua shalat inilah yang terasa berat bagi orang-orang munafik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوَاً
Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)
Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).
Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas” (QS. At Taubah: 54). Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat ‘Isya adalah waktu di mana orang-orang bersitirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fathul Bari, 2: 141).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Orang munafik itu shalat dalam keadaan riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar orang lain). Di masa silam shala Shubuh dan shalat ‘Isya’ tersebut dilakukan dalam keadaan gelap sehingga mereka -orang munafik- tidak menghadirinya. Mereka enggan menghadiri kedua shalat tersebut. Namun untuk shalat lainnya, yaitu shalat Zhuhur, ‘Ashar dan Maghrib, mereka tetap hadir karena jama’ah yang lain melihat mereka. Dan mereka kala itu cari muka dengan amalan shalat mereka tersebut. Mereka hanyalah sedikit berdzikir kepada Allah. Di masa silam belum ada lampu listrik seperti saat ini. Sehingga menghadiri dua shalat itu terasa berat karena mereka tidak bisa memamerkan amalan mereka. Alasan lainnya karena shalat ‘Isya itu waktu istirahat, sedangkan shalat Shubuh waktu lelapnya tidur.” (Syarh Riyadhis Sholihin, 5: 82).
Hanya Allah yang memberi hidayah untuk beramal shalih.

  Saudaraku, shalat isya dan shalat shubuh berjamaah di masjid adalah merupakan kewajiban bagi kita para laki-laki. Karena shalat berjamaah di masjid hukumnya fardhu ain bagi kaum laki-laki dan hanya boleh ditinggalkan kalau ada uzur syar’I, semisal hujan, sakit, dll.
Shalat isya dan shubuh berjamaah di masjid terkadang sering sedikit jamaahnya alias masjid menjadi luas ketika shalat isya dan shubuh ini, entah mengapa hal ini bisa terjadi. Padahal kalau kita ingat sebuah hadits tentang sifat orang munafiq  adalah berat untuk melaksanakan shalat shubuh dan isya ini, ini berdasarkan hadits sebagai berikut :
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)
Maka itu hendaknya kita sebagai umat Islam dan kaum mukminin janganlah menyerupai sifat orang munafik yang berat untuk melaksanakan shalat shubuh dan isya’ ini. Hendaknya ketika adzan shubuh dan isya dikumandangkan, bersegeralah ke masjid,janganlah kita mengatakan ketika adzan isya seperti kalimat berikut ,” ah, masih banyak kerjaan, numpuk nih ” , lalu ketika adzan shubuh, ” ah,ngantuk, nanti aja di rumah, lima menit lagi deh, ane bangun “. Hendaknya kita meninggalkan pekerjaan kita sejenak dan shalat isya di masjid berjamaah ,dan hendaknya bagi kita meninggalkan selimut serta kasur kita untuk segera shalat shubuh berjamaah di masjid.
Lalu, apakah keutamaan shalat isya dan shubuh berjamaah di masjid ?
Ya, keutamaanya adalah berdasarkan hadits berikut :
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
Bayangkan wahai saudaraku, apakah anda tidak tertarik dengan janji Allah tersebut ? Shalat isya berjamaah di masjid seolah-olah telah shalat malam separuh malam dan shalat shubuh berjamaah di masjid seolah-olah telah shalat seluruh malam.
Shalat semalam full = kira-kira 100 rakaat
Shalat setengah malam full = kira-kira 50 rakaat
Bayangakan wahai saudaraku, ketika kita shalat isya berjamaah di masjid, kira-kira kita mendapatkan pahala seperti seolah-olah shalat 50 rakaat, padahal kita hanya shalat 4 rakaat saja, dan ketika kita shalat shubuh berjamaah di masjid kita mendapatkan pahala seolah-olah shalat 100 rakaat, berarti dalam sehari semalam , kita seolah-olah telah sudah mendapatkan pahala 150 rakaat shalat malam.
” Jika dalam sehari semalam kita sudah mendapatkan pahala 150 rakaat shalat malam, makam dalam 1 bulan kita akan mendapatkan pahala kira-kira 4500 rakaat shalat malam dan dalam setahun kira-kira kita mendapatkan pahala 54750 rakaat shalat malam”
Namun bagi orang-orang yang cerdas, dia tidak akan shalih sendiri, dia berusaha menyolehkan orang lain yaitu dengan membagi ilmu ini, tentang keutamaan shalat shubuh dan isya berjamaah di masjid. Orang-orang cerdas tersebut member tahu tentang keutamaan shalat shubuh dan isya berjamaah bisa dengan sms dakwah , dengan menyebarkan tulisan ini, dan atau dengan beradzan ketika shalat isya dan shubuh.  Bayangkan kalau anda mengajak dan mengajarkan ilmu ini lalu diamalkan oleh orang-orang yang kita ajarkan, bertambah banyaklah pahala kita.
” Jika anda mengajarkan ilmu tentang hal ini, dan semisal ada 10 orang saja yang tersadar akan hal ini, maka anda bisa mendapatkan pahala 1500 rakaat shalat malam dalam sehari semalam lalu anda dapat pahala 45000 rakaat shalat dalam sebulan dan dalam setahun anda akan mendapatkan 547500 rakaat shalat malam.”
 ” Ingatalah bahwa orang yang menunjukkan kepada kebaikan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut tanpa dikurangi sedikit pun, hal ini berdasar pada salah satu hadits shahih”.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik daripada shalat subuh dan isya. Jika mereka mengetahui apa yang terdapat dalam kedua shalat itu, mereka pasti pergi melaksanakannya meski dengan merangkak.” (HR Bukhari)
Shalat subuh menjadi beban bagi orang munafik, karena ia harus beranjak dari tidur. Sedangkan shalat isya menjadi beban bagi orang munafik, karena berada pada awal waktu tidur, yaitu pada saat ia mulai merasakan kantuk. Menyimpang dari hal tersebut masih dapat melanggar dalam melaksanakan shalat subuh. Namun di masa kini orang-orang makan malam pada waktu shalat isya atau sesaat sebelumnya. Karena itu, setelah makan malam bau mulut membius otak mereka, sementara tubuh mereka merasa nyaman, hingga tubuh dan kelopak mata terasa berat, kemudian kenyamanan itu membuat mereka mengantuk. Sehingga mereka malas untuk pergi melaksanakan shalat isya ke masjid.
Namun seorang beriman yang baik tidak akan merasa malas, atau membiarkan dirinya mengantuk. Ia akan berdiri, berwudhu dan pergi melaksanakan shalat. Hal itu lebih baik bagi jiwa dan tubuhnya. Di antara manfaat bagi tubuhnya, ia tidak langsung tidur setelah makan, sehingga sistem pencernaannya bekerja secara perlahan. Hal itu akan mencegah penyakit-penyakit yang disebabkan buruknya pencernaan. Sementara itu, tidur nyenyak dapat menjadikan sistem pencernaan sulit bekerja.
Selain itu, shalat maghrib dan isya, bagi mereka yang melaksanakan dua tahap aktivitas di siang jari serta mengakhiri aktivitasnya pada dua waktu shalat fardhu tersebut, dapat membantu mereka menyegarkan otot-otot dan sendi-sendi setelah bekerja keras, dan mencegah penyimpangan susunan otot yang mungkin dapat dibantu oleh anggota-anggota tubuh lainnya. Shalat dapat menstabilkan anggota-anggota tubuh, menyalurkan darah yang dibutuhkan bagi kepala dan otak, memulihkan peredaran darah, serta membantu darah yang tersumbat pada kedua kaki supaya dapat tersalur pada jantung. Hal ini dalam batasan tertentu dapat memelihara terjadinya penyakit pada kedua lutut.
Sebagaimana shalat-shalat tersebut memiliki manfaat-manfaat jasmani dan rohani yang tidak terhitung,
“Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tak dapat menentukan jumlahnya…” (QS. An-Nahl [16]: 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar