Posted by " http://adrianirnandapratama.blogspot.com/
https://plus.google.com/+DelvaWulandari/posts/Jy5Aq2jTyP8
Ingatlah Bahwa, Berbuat Kebaikan Tidaklah
Akan Merugi baik di Dunia maupun di Akhiratnya
Sebuah kisah dari keikhlasan seseorang dalam
mengembalikan hak orang lain tanpa meminta imbalan yang berbuah kebahagiaan,
semoga kita bisa memetik hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam kisah
teladan ini
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin
Muhammad Al-Bazzar al-Anshari berkata,
“Dulu, aku pernah berada di Makah–semoga Allah
selalu menjaganya. Suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak
mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan
sebuah kantong dari sutera dan diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera
pula. Ketika aku buka, aku dapatkan di dalamnya sebuah kalung permata yang
tidak pernah aku lihat sebelumnya.”
“Kemudian, aku keluar rumah, dan saat itu ada
seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang
kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini adalah
bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata.’ Aku
berkata kepada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa
mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan
kantong sutera ini kepadanya.’ Maka, aku membawa orang itu ke rumahku.
Setibanya di rumah, aku meminta kepadanya untuk
menjelaskan ciri-ciri kantong yang hilang tersebut untuk meyakinkanku, dan dia
menceritakan kepadaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya,
cirri-ciri permata dan jumlahnya, berikut benang yang mengikatnya.
Yang disebutkannya persis seperti kantong yang
aku temukan, maka aku segera mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya,
dan dia pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau
mengambilnya.
Aku katakan kepadanya,
“ Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu
tanpa mengambil upah untuk itu.”
Ternyata dia bersikeras, ‘Kau harus mau
menerimanya,’ sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, untuk
tidak menerima uang imbalan tersebut. Akhirnya, bapak tua itu pun pergi
meninggalkanku.”
“Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu,
aku keluar dari kota Mekah dan berlayar dengan perahu. Di tengah laut perahu
tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka.
Tetapi aku selamat dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu.
Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi.”
“Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang
berpenduduk. Aku duduk di dalam salah satu masjid mereka, sambil membaca
ayat-ayat Alquran.
Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya,
tidak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan
mengatakan, ‘Ajarkanlah Alquran kepadaku.’
Kemudian aku penuhi permintaan mereka. Dari
mereka aku mendapat harta yang banyak. Di dalam masjid aku menemukan bebarapa
lembar mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau
bisa menulis?’ ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu, ajarilah kami menulis.’
Mereka pun datang dengan anak-anak dan para remaja mereka. Aku ajari mereka
tulis-menulis. Dari itu, aku juga mendapat banyak uang.
Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai
seorang putri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?’
Aku menolak. Tetapi, mereka terus mendesak, “Tidak bisa, kau harus mau” itulah
kata mereka memaksaku, Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.”
“Ketika mereka membawa anak perempuan itu ke
hadapanku, aku pandangi dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu
pernah aku temukan di Mekah melingkar di lehernya. Tidak ada yang aku lakukan
saat itu, kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.
Mereka berkata, ‘Sungguh kau telah menghancurkan
hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak
memperhatikan orangnya.’
Maka, saya ceritakan kepada mereka kisah saya
dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan
takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan kalian?’ kataku
bertanya.
Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa orang tua
yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini.’ Dia
pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini
(sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku.’ Dia juga berdoa,
‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya
dengan puteriku.’ Dan, sekarang sudah menjadi kenyataan.”
Meskipun anak perempuan itu telah yatim, namun doa
sang ayah terkabul karena akhirnya merekapun menikah dan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala telah mengabulkan doa sang ayah pemilik kalung tersebut.
Subahanallah 3 X,
Allahu Akbar 3 X
Lahaula Walaquwata illabillah.
Di tangan Allah lah segala urusan, dan
hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar dalam segala urusan kita.
Sesungguhnya Allah akan membalas setiap
kebaikan dan keikhlasan kita, meskipun kadang kita lalai atau lupa bahwa itulah
buah dari kebaikan kita di masa lampau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar