Aku menunggu dan mencari buku ini : buku ini berjudul NUR ALA NUR (CAHAYA DIATAS CAHAYA) penulis :K.H.M. Zen Syukri
Diambil dari salah satu bab dalam buku Cahaya
diatas Cahaya (Nur ‘ala Nur), Penulis K.H.M. Zen Syukri.
Jasad seorang hamba Allah tak ubahnya seperti
tanah liat, tak berdaya dan tak berupaya. Ia dilahirkan dari perut ibu dengan
sifat lemah, hina, faqir, dho’if, dan serba kurang, sesuai dengan sebuah hadist
Rasulullah, “Wahai ummatku, bahwa setiap hamba Allah disifatkan dengan La
Haula Wala Quwwata Illa Billah.”
Sungguh benar-benar menunjukkan sifat kehambaan,
jika kita perhatikan pada setiap hamba ada telinga, tetapi tidak mendengar, ada
mata tetapi tidak melihat, ada kepala tetapi tidak berakal. Seandainya
dibiarkan Allah sampai hari tua, dengan tidak diturunkan dan tidak disertakan
sifat keindahan Allah pada jasad si hamba, maka si hamba tersebut tetap
kelihatan hinanya.
Alhamdulillah, dengan rahmat Allah, tidak lama
setelah hari kelahiran bayi yang tadinya tidak bisa apa-apa, Allah lalu
turunkan (sertakan) sifat-Nya , seperti firman Allah di surah An-Nahl, ayat 78:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Kesyukuran seorang hamba adalah dengan merasakan
di jasad mereka disertakan Allah sifat-Nya. Ketika itulah berhimpun antara
sifat Allah dengan sifat hamba. Dengan demikian jadilah si hamba manunggal
dengan sifat Allah.
Jika diperhatikan gerak yang ada di tangan,
pendengaran di telinga, penglihatan di mata, dan sebagainya, semuanya
menunjukkan bahwa sifat Allah sedang menunggal pada jasad seorang hamba.
Peristiwa tersebut menimbulkan bermacam-macam pendapat:
A. Pendapat seorang yang menonjolkan akal. Mereka
beranggapan bahwa gerak di tangan adalah kekuatan tangan, pendengaran di
telinga hanya dari telinga, penglihatan di mata adalah dari mata. Pendapat
tersebut semata – mata berdasarkan akal tanpa hidayah. Orang yang berasumsi
seperti ini tergolong kedalam ahli tobe’at. Mereka ini termasuk dalam golongan
syirik khofi (syirik yang tersembunyi).
B. Golongan orang yang mengaku Islam. Golongan
ini merasa telah diberi oleh Allah kekuatan di badannya, dan diberi pendengaran
di telinganya, diberi Allah penglihatan di matanya. Karena semua hak Allah
dianggap telah diberikan kepadanya, golongan ini termasuk golongan Qodariyah.
Mereka tergolong kafir majusi karena menyalahi firman Allah di surah Al-Hadid,
ayat 4:
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.”
Allah menyertakan sifat-Nya pada diri kamu,
dimana kamupun berada. Ayat tersebut menjelaskan bahwa sifat Allah tidak
sekali-kali diberikannya kepada hamba-Nya. Akan tetapi, hanya disertakan Allah
pada jasad hamba-Nya.
C. Pendapat Ahli Sunnah Waljama’ah adalah
pendapat yang benar dan maqbul di sisi Allah. Gologan ini mengakui adanya sifat
ketuhanan. Allah disebut sifat Ma’ani. Artinya, hanya Zat Allah yang bersifat
Qodrat, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, dan Kalam. Sifat tersebut
di-Ma’nawiyah-kan Allah kepada hamba-Nya. Maksudnya sifat-sifat tersebut
dipancarkan Allah kepada hamba-Nya. Dengan demikian, jadilah hamba yang
lemah-digagahkan-Nya, yang tuli didengarkan-Nya, yang buta dilihatkan-Nya, yang
bodoh dipintarkan-Nya, dan lain-lain. Itulah sifat-sifat Allah yang
berkelaziman. Yaitu dari Qodrat menjadi Qodiran, dari Iradat menjadi Muridan,
Ilmu menjadi ‘Aliman, Hayat menjadi Haiyan, Sama’ menjadi Sami’an, Bashar
menjadi Bashiran, dan Kalam menjadi Mutakalliman. Dengan demikian, seorang
hamba Allah dizohirkan Allah Ahsanul Kholikin, artinya sebaik-baik kejadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar