Kamis, 26 Juni 2014

Makna Kebahagiaan dalam Islam

http://adrianirnandapratama.blogspot.com/



Makna Kebahagiaan dalam Islam 





Posted By : Adrian Irnanda Pratama @Adrian_iRnanda

Hidup bahagia adalah dambaan dari setiap orang. Bahagia merupakan suatu hal tiada taranya. Dikala kita bahagia segalanya akan terasa indah dan hati pun terasa tentram dan damai. Tiada kesusahan pun yang meliputi kita tatkala bahagia menghampiri kita. Bahagia itu indah dan menyenangkan. Tapi, apa sih sebenarnya Makna dari Bahagia atau kebahagiaan itu sendiri?? mari kita simak arti atau makna dari Kebahagiaan yang dikutip dari voa-islam.com berikut ini.


Kebahagiaan, bukan terletak dalam penuhnya gudang uang yang tersimpan rapi dalam rumah, namun lebih dari itu adalah gabungan dari besarnya penghambaan diri kepada Allah, ketiadaan meminta pada manusia karena tercukupi, dan penguasaan hati serta nafsu, yang tersimpan rapi dalam sebuah kalbu manusia yang berhati suci.

Kebahagiaan adalah ketika ketika kita dapat melakukan lebih banyak hal untuk lebih banyak kebahagiaan orang lain, bahkan saat diri mereka tidak lagi dapat membahagiakan dirinya sendiri. Subhanallah, lihatlah jiwa- jiwa yang ikhlas itu, yang diciptakan allah di dunia seperti pabrik kebahagiaan yang siap disebar luaskan untuk mendamaikan hati, dan meluaskan dada sesamanya yang terasa sempit karena cobaan hidup. Dan dalam hati mereka pun berbisik, tak apa jika mereka menghabiskan banyak waktu mengurus kepentingan demi kebahagiaan orang lain, dan Insyaallah sebagai balasannya, Allah yang akan mengurus kepentingan dan membahagiakan mereka.

Kebahagiaan adalah kepuasan batin atas tercukupinya kedamaian bagi orang lain. Dan lihatlah para manusia ajaib yang begitu tenang itu. Mereka mencoba mendamaikan orang lain, dengan terlebih dahulu mengkondisikan hati dan pikirannya agar terlebih dahulu terkondisikan. Dan setelah itu, bukankah juga kedamaian akan menjadi hak mereka?

Kebahagiaan sejati adalah ketika Ridho Allah terengkuh oleh kita atas setiap nafas, jejak kaki, kata hati dan  perilaku kita. Tanyakan kepada para mereka yang kaya, apakah masih akan ada sebuah lubang kesedihan dari diri mereka. Pastilah jawabannya iya, karena dunia ini memang tidak sempurna, dan kebutuhan akan dekatnya Allah atas batin dan jiwa yang lapar akan kasih sayangNya, itulah yang dapat menyempurnakan kebahagiaan batin mereka. Meskipun manusia dalam gelimang harta, namun jika hal itu tidak mereka punyai, maka mereka tak lebih dari seorang yang tidak berpunya.

Dengan definisi apapun, ternyata kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan adalah karena Allah, bersama Allah, dekat dengan Allah, mengenalNya dan merasa memilikiNya dalam jiwa dan keseharian kita.

Maka berbahagialah, wahai manusia yang senantiasa melekatkan hatinya, mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah dan tidak mengkhianatinya walaupun dia tengah sendiri.

Berbahagialah wahai jiwa- jiwa yang damai yang tahu bagaimana cara mensyukuri sebuah kebahagiaan dan pandai berterimakasih selalu kepada sang pemberinya.
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Qs. Al Qoshos : 77).

Sesungguhnya setiap manusia mendambakan kehidupan bahagia, aman dan sejahtera. Tak satupun yang menginginkan kesusahan, terancam, dan sengsara. Inilah insting naluriah dan kebutuhan mendasar manusia yang selalu ingin digapai dengan bermacam cara menurut konsep hidup yang tertanam dalam fikirannya. Munculnya insting tersebut dikarenakan dorongan potensi nafsu yang sengaja Allah adakan bagi tiap insan. Dengan adanya nafsu, maka manusia akan berupaya mempertahankan eksistensi (keberadaannya) di dunia, karena nafsu diciptakan untuk melayani kebutuhan pokok manusia selaku makhluq hidup.
Manusia membutuhkan pemuasan sandang, pangan, papan, pengetahuan, cinta kasih dan sayang, perhatian, berpasangan, pengakuan, dan sebagainya. Inilah contoh perilaku manusia yang didorong oleh nafsu. Maka manusia dibenarkan untuk saling mencari, memberi dan menerima semua itu. Namun ketika dalam mencarinya membulkan ketimpangan, kecurangan, kerugian atau menzalimi salah di lain pihak, maka hal itu tidak dibenarkan menurut akal yang sehat. Untuk itulah perlu diterapkan suatu aturan main yang dapat menjaga hak-hak tiap makhluq-bukan hanya manusia- secara adil dan jujur.
Aturan hidup atau konsep hidup inilah yang dikenal secara umum sebagai agama. Bagi ummat muslim dikenal dengan Dien, Manhaj, Thoriqoh, atau Syariat. Sedangkan aturan itu sendiri dikenal dengan illah (aturan yang wajib ditha’ati). Sesungguhnya hanya ada dua macam konsep atau system aturan hidup di dunia ini. Pertama sistem yang berlandaskan nafsu dan kedua sistem berlandaskan wahyu. Karena manusia selain diberi Allah dengan potensi nafsu juga dibekali aqal tempat penerimaan hidayah.
Nafsu yang pada awal keberadaannya adalah bersifat tenang dalam memberikan sinyal dan dorongan untuk melayani hajat kehidupan manusia akan dapat berubah menjadi serakah, amarah, lawwamah, dan musawilah. Perubahan ini disebabkan nafsu tersebut telah dipengaruhi bisikan iblis. Dalam alqur-an dinyatakan tentang hal ini :
”Hai nafsu/jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam jannah-Ku." (Qs. Al Fajr :27-30).
"Yang dila'nati Allah (Iblis) dan ia mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (nafsu)." (Qs.an Nisa : 118)
Hasutan iblis inilah yang disebut dengan “qalam syarr” (bisikan jahat) yang apabila diiikuti manusia dan jin akan menimbulkan sifat jahat atau syaithon. Karena lafadz syaithon berasal dari kata sayaatin (yang jauh dari kebaikan). Dalam ayat lain dinyatakan :
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Robb yang menguasai al falaq (peredaran alam). Dari (qalam) kejahatan yang diciptakan-Nya." (Qs. Al falaq : 1-2)
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia." (Qs. An Naas : 4-5).
Dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa :

“Sesungguhnya Allah yang Maha Berkat dan Maha Tinggi menggenggam satu genggaman di kananNya maka berfirman : ini untuk ini dan aku tidak peduli, dan menggenggam yang lain yaitu ditanganNya yang lain maka berfirman : ini untuk ini dan aku tidak peduli.”
(HR. Ahmad dari Abu Nazhor).
Dalam genggaman kanan maksudnya qalam wahyu dan dalam genggaman lainnya maksudnya qalam syarr, wallahu’alam.
“dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Qs.al Balad : 10)
Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan (qalam syarr). Sengaja Allah ciptakan Iblis yang membawa qalam syarr untuk menguji kualitas amal ibadah setiap manusia, agar manusia dibalasi di akhirat sesuai ‘amalnya ketika diberi kesempatan hidup didunia yang singkat.
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.” (Qs. Al Hajj : 53).
Berbeda dengan nafsu yang dapat menjadi intusi syaithoniyah, keberadaan aqal di dalam hati manusia adalah sebagai tempat tertanamnya “qalam wahyu”. Suara nafsu syaithoniyah dan suara aqal yang berlandaskan wahyu selamanya akan “bersaing” untuk menguasai fikiran manusia. Ketika fikiran diserahkan kepada nafsu maka kerusakan dan kezaliman yang muncul. Sebaliknya jika aqal sehat yang terdapat dalam hati nurani terdalam manusia yang senantiasa menyuarakan al haq yang diikuti niscaya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan sejati, serta keadilan
“Adapun sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada (hati) orang-orang yang diberi ilmu dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (Qs. Al Ankabut : 49)
“dan orang-orang yang menjauhi Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yaitu orang-orang yang selalu mendengarkan Perkataan (Fatwa) lalu mengikuti apa yang paling baik (Al qur-an) di antaranya, mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Qs.Azzumar:17-18)
Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t. Maksudnya “ahsan” ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah konsep ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.
A. Konsep Hidup Berlandaskan Nafsu dan Pengikutnya
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai illah-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (Qs. Al Jaatsiyah :23-24)
Banyak orang yang merasa berilmu namun justru mengingkari/mangkir dari konsep al Qur-an. Mereka hanya mengandalkan ro’yun (buah fikiran) yang dilandasi nafsu dan sudah merasa benar. Akibatnya mereka dibiarkan Allah sesat dengan ilmu mereka sendiri. Sedangkan kemampuan fikiran manusia hanya sebatas masalah-masalah lahiriyah / materi duniawiyah. Artinya segala sesuatu yang kasat mata di segala penjuru langit dan bumi dapat dianalisa secara eksakta oleh fikiran manusia. Namun masalah ghoib (antara lain : Zat Allah, malaikat, ruh, akhirat, rizqi, takdir, bala’ dan maut) mustahil dapat dianalisa fikiran manusia. Ruh yang terdapat dalam jasad manusia saja tidak dapat dianalisa manusia apalagi perkara ghaib lainnya. Allah menyatakan dalam Surah Ruum ayat 7 :
“mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
Sekarang ini dapat disaksikan secara jelas bahwa sebagian besar manusia bahkan dari kalangan muslim yang mengambil aturan hidup selain dari Dienullah. Satu contoh kasus, mereka gandrung dengan sistem hidup miliknya orang kafir dari buah fikiran Socrates, plato, Machiavelli, Kent, Dente, dan penerusnya. Yaitu sistem politik berasaskan kebatilan “suara rakyat adalah suara tuhan”. Lalu dipadukanlah dengan aturan dari Allah sehingga muncul istilah “Politik Islam” dan “Demokrasi ‘ala Islam. Terbukti sampai saat ini tidak ada bukti keberhasilan sistem bathil tersebut dalam menjaga hak-hak manusia secara adil dan jujur.
Manusia mau tidak mau akan menemui hari akhirat yang kekal. Disinilah letak permasalahannya. Karena jika kita hanya hidup di dunia kemudian tidak akan dibangkitkan lagi maka bolehlah manusia hidup sekehendaknya dan menafikan agama (baca:dienul Islam) dan tidak perlu ada. Namun ternyata perbuatan kita di dunia yang sangat singkat ini bisa berakibat penyesalan yang sangat panjang atau juga kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai illah /ikutan/pegangan hidup serta mengada-ada dalam urusan Allah.
Nafsu yang telah berasosiasi dengan bisikan iblis inilah yang menyesatkan banyak manusia dari jalan Allah. Munculnya agama-agama dan aliran sesat adalah dari buah fikir atau hasil budidaya fikiran manusia yang telah dihasut iblis. Keberhasilan iblis ini antara lain karena banyak manusia tidak mewaspadai keberadaan iblis bahkan menganggap tidak ada serta kurang upaya untuk kembali ke tuntunan yang benar. Definisi Agama secara luqhowi berbeda dengan Dinul Islam yang merupakan hak mutlaq Allah yang tidak boleh dicampuri dengan buah fikiran manusia. Bahkan rosulullah pun dilarang menggunakan ro’yun dalam urusan Islam. Agama berasal dari dua suku kata dari bahasa sansekerta, A adalah tidak, gama/gomo adalah kocar-kacir. Jadi agama bermakna aturan dari manusia agar tidak hidup kucar-kacir.
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah Addien yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar." (Qs. Az-Zumar :3)
“dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi.” (Qs. An Najm :3-7).
B. KONSEP HIDUP BERLANDASKAN ALQUR-AN
Tentu sama kita fahami bahwa bagi setiap muslim, al Qur-an adalah satu-satunya pilihan jalan lurus yang mampu menghantarkan manusia kepada tujuan hidup sebenarnya yaitu ridho Allah.
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Qs. Al an’am : 153).
Jaminan Allah kepada setiap manusia bahwa dengan menerapkan konsep wahyu yang tertuang dalam al Qur-an dan dijelaskan RosulNya dalam haditsnya akan muncul keberkahan hidup di dunia, persatuan ummat, dan keselamatan dunia-akhirat. Dalam keberkahan terkandung makna kebahagiaan, keadilan, kejujuran dan keselamatan. Bahkan hanya dengan rujuk kepada al qur-an ini hamba-hambaNya dapat menyatu satu-sama lain. Tapi dengan meninggalkan atau mengambil sebagian saja dari ajaran al Qur-an lalu dicampuradukkan dengan ajaran dari fikiran manusia, justru muncul firqoh-firqoh dan mahzab-mahzab baru dalam Islam. Hal inilah yang perlu dicermati sungguh-sungguh oleh setiap muttabi’ rosul. Allah dan rosulNya mengingatkan akan hal ini. Ditambah lagi tidak ada satupun para Imam dan Ulama Salaf terdahulu didalam kitab mereka memerintahkan manusia untuk wajib bermahzab mengikuti mereka. Bahkan memerintahkan untuk rujuk kepada sumber ajaran mereka, yaitu al Qur-an dan assunnah.
“dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (al Qur-an), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs. Ali Imran : 103)
Hadits :
“Barangsiapa yang tidak berhukum kepada ketetapan Kitabullah, dan mengada-adakan selain yang diturunkan Allah, niscaya diantara mereka diadakan Allah permusuhan yang hebat
(HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar)
Menyikapi munculnya firqoh-firqoh dan mahzab maka al Qur-an mengajarkan kepada kita
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Qs. Al An’am :159)
Firqoh disini maksudnya: ialah golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya. Namun demikian dikarenakan Dinul Islam adalah konsep aturan kehidupan yang bersifat bersih, final, syumul, lengkap serta mampu menjawab segala tantangan zaman, maka tidak dibenarkan seorang muslim menambahi atau menguranginya. Jika diibaratkan dengan sebuah bangunan rumah, maka Islam adalah rumah yang indah tiada bandingnya. Didalamnya terjamin keamanan dan kesejahteraan. Setiap sudut bangunan dan pekarangannya terpancar keagungan pemiliknya. Maka siapapun yang menyatakan taslim (tunduk) kepada Islam berarti ingin menjadi penghuni bangunan itu tentu ia harus menthaati aturan pemiliknya. Tidak dibenarkan seorangpun yang berlindung didalamnya mengubah bentuknya, mengotori, atau merusak bangunan itu. Bahkan kita diperintahkan untuk menjaga serta merawat keaslian dan keindahan bangunan tersebut.
Golongan yang Sedikit
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (Qs. Huud : 116)
Tidaklah aneh jika kebanyakan manusia enggan memulai mengadakan perbaikan bahkan hanya sedikit sekali, !@#$%^&* beberapa gelintir hamba pilihanNya yang mau menerima perintah ini. Mereka inilah yang disebut dalam al Qur-an sebagai ‘Ulu Baqiyah (kelompok sisa). Seperti gambaran rosul beserta sahabat yang hanya berjumlah 313 orang yang mengikuti perang pertama kali membela Islam di Badar. Kemenangan justru bukan berada pada banyaknya pengikut, justru sedikit orang namun benar langkahnya insyaAllah akan dihantarkan kepada kemenangan serta dijadikan pemicu semangat bagi hamba Allah lainnya. Maka disinilah letak tanggung jawab muslim terutama para ulama dalam menjaga dan membela Islam. Allah pun memberi janji melalui hadits rosulNya bahwa setiap pangkal seratus tahun akan dibangkitkanNya Mujadid-Mujadid yang akan menjaga kemurnian Islam. Maukah kita dimasukkan Allah dalam golongan yang sedikit namun memiliki keutamaan derajat di sisiNya? Wallahu’alam bi showab.


1. Jangan Takut dan Khawatir
Perasaan takut dan khawatir merupakan pikiran kita yang paling tidak produktif. Sebagian besar hal-hal yang kita khawatirkan atau takutkan tidak pernah terjadi. Jadi untuk apa kita khawatir dan takut?
2. Jangan Pernah Menyimpan Dendam
Dendam adalah hal terbesar dan akan menjadi beban terberat jika kita menyimpannya di dalam hati. Maukah anda membawanya sepanjang hidup? …. Saya rasa tidak. Jangan sia-siakan energi kita dengan menyimpan dendam, sudah pasti tidak ada gunanya. Gunakanlah energi kita tersebut untuk hal-hal yang positif.
3. Fokus Pada Satu Masalah
Jika kita memiliki beberapa masalah, selesaikanlah masalah kita satu per satu. Jangan terpikirkan untuk menyelesaikan masalah secara sekaligus karena justru akan membuat kita semakin stress.
4. Jangan Membawa Tidur Masalah Anda
Masalah adalah hal yang sangat buruk untuk kesehatan tidur kita. Pikiran bawah sadar kita adalah hal yang luar biasa yang dapat membuat kita gelisah dan tidur kita menjadi tidak nyenyak.
5. Jangan Mengambil Masalah Orang Lain Untuk Anda Selesaikan
Membantu orang lain yang sedang dalam masalah adalah hal yang mulia, tetapi jika kita mengambil porsi terbesar untuk menyelesaikan masalah orang lain tersebut justru itulah kesalahan terbesar. Biarkanlah orang tersebut yang menyelesaikan masalahnya sendiri dengan porsi terbesar.
6. Jangan Hidup di Masa Lalu
Mungkin terasa nyaman bagi kita mengingat hal-hal yang menyenangkan di masa lalu tetapi jangan anda terlena didalamnya. Konsentrasilah dengan apa yang terjadi saat ini, karena kita pun akan bisa merasakan banyak kebahagiaan di saat ini. Saya yakin kita akan mempunyai perasaan yang jauh lebih berbahagia jika kita merayakan apa yang terjadi saat ini dibanding dengan mengingat-ngingat kebahagiaan di masa lalu.
7. Jadilah Pendengar yang Baik
Mungkin sebagian besar orang termasuk saya, susah untuk menjadi pendengar yang baik. Justru sebaliknya kita mengharapkan orang lain yang mendengarkan omongan kita, tetapi sebetulnya dengan belajar mendengarkan orang lain, kita akan mendapatkan banyak hal baru yang dapat sangat berguna bagi kebahagiaan hidup kita.
8. Jangan Biarkan Frustasi Mengatur dan Bahkan Mengacaukan Hidup Anda
Kasihanilah diri kita lebih dari apa pun, maksud saya adalah janganlah kita menyerah pada frustasi. Maju terus. Ambillah tindakan-tindakan positif dan lakukanlah dengan konsisten.
9. Bersyukurlah Selalu
Bersyukur dan berterimakasihlah atas semua yang kita dapatkan, bukan hanya hal yang positif saja tetapi juga hal yang negatif, karena saya percaya dibalik setiap hal yang negatif tersebut ada hal baik yang bisa kita pelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar