Makna Kebahagiaan dalam Islam
Posted By : Adrian Irnanda Pratama @Adrian_iRnanda
Hidup bahagia adalah dambaan dari setiap orang. Bahagia merupakan suatu hal tiada taranya. Dikala kita bahagia
segalanya akan terasa indah dan hati pun terasa tentram dan damai. Tiada
kesusahan pun yang meliputi kita tatkala bahagia menghampiri kita. Bahagia
itu indah dan menyenangkan. Tapi, apa sih sebenarnya Makna dari Bahagia atau kebahagiaan itu sendiri?? mari kita simak arti atau makna dari Kebahagiaan yang dikutip dari voa-islam.com
berikut ini.
Kebahagiaan, bukan terletak dalam penuhnya gudang uang yang tersimpan
rapi dalam rumah, namun lebih dari itu adalah gabungan dari besarnya
penghambaan diri kepada Allah, ketiadaan meminta pada manusia karena tercukupi,
dan penguasaan hati serta nafsu, yang tersimpan rapi dalam sebuah kalbu manusia
yang berhati suci.
Kebahagiaan adalah ketika ketika kita dapat melakukan lebih banyak hal
untuk lebih banyak kebahagiaan
orang lain, bahkan saat diri mereka tidak lagi dapat membahagiakan dirinya sendiri. Subhanallah, lihatlah jiwa- jiwa yang
ikhlas itu, yang diciptakan allah di dunia seperti pabrik kebahagiaan yang siap disebar luaskan
untuk mendamaikan hati, dan meluaskan dada sesamanya yang terasa sempit karena
cobaan hidup. Dan dalam hati mereka pun berbisik, tak apa jika mereka
menghabiskan banyak waktu mengurus kepentingan demi kebahagiaan orang lain, dan Insyaallah sebagai balasannya, Allah
yang akan mengurus kepentingan dan membahagiakan mereka.
Kebahagiaan adalah kepuasan batin atas tercukupinya kedamaian bagi
orang lain. Dan lihatlah para manusia ajaib yang begitu tenang itu. Mereka
mencoba mendamaikan orang lain, dengan terlebih dahulu mengkondisikan hati dan
pikirannya agar terlebih dahulu terkondisikan. Dan setelah itu, bukankah juga
kedamaian akan menjadi hak mereka?
Kebahagiaan sejati adalah ketika Ridho Allah terengkuh oleh kita atas
setiap nafas, jejak kaki, kata hati dan perilaku kita. Tanyakan kepada
para mereka yang kaya, apakah masih akan ada sebuah lubang kesedihan dari diri
mereka. Pastilah jawabannya iya, karena dunia ini memang tidak sempurna, dan
kebutuhan akan dekatnya Allah atas batin dan jiwa yang lapar akan kasih
sayangNya, itulah yang dapat menyempurnakan kebahagiaan batin mereka. Meskipun manusia dalam gelimang harta,
namun jika hal itu tidak mereka punyai, maka mereka tak lebih dari seorang yang
tidak berpunya.
Dengan definisi apapun, ternyata kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan adalah karena Allah,
bersama Allah, dekat dengan Allah, mengenalNya dan merasa memilikiNya dalam
jiwa dan keseharian kita.
Maka berbahagialah, wahai manusia yang senantiasa melekatkan hatinya,
mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah dan tidak mengkhianatinya walaupun
dia tengah sendiri.
Berbahagialah wahai jiwa- jiwa yang damai yang tahu bagaimana cara
mensyukuri sebuah kebahagiaan
dan pandai berterimakasih selalu kepada sang pemberinya.
"Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan." (Qs. Al Qoshos : 77).
Sesungguhnya
setiap manusia mendambakan kehidupan bahagia, aman dan sejahtera. Tak satupun
yang menginginkan kesusahan, terancam, dan sengsara. Inilah insting naluriah
dan kebutuhan mendasar manusia yang selalu ingin digapai dengan bermacam cara
menurut konsep hidup yang tertanam dalam fikirannya. Munculnya insting tersebut
dikarenakan dorongan potensi nafsu yang sengaja Allah adakan bagi tiap insan.
Dengan adanya nafsu, maka manusia akan berupaya mempertahankan eksistensi
(keberadaannya) di dunia, karena nafsu diciptakan untuk melayani kebutuhan
pokok manusia selaku makhluq hidup.
Manusia
membutuhkan pemuasan sandang, pangan, papan, pengetahuan, cinta kasih dan
sayang, perhatian, berpasangan, pengakuan, dan sebagainya. Inilah contoh
perilaku manusia yang didorong oleh nafsu. Maka manusia dibenarkan untuk saling
mencari, memberi dan menerima semua itu. Namun ketika dalam mencarinya
membulkan ketimpangan, kecurangan, kerugian atau menzalimi salah di lain pihak,
maka hal itu tidak dibenarkan menurut akal yang sehat. Untuk itulah perlu diterapkan
suatu aturan main yang dapat menjaga hak-hak tiap makhluq-bukan hanya manusia-
secara adil dan jujur.
Aturan
hidup atau konsep hidup inilah yang dikenal secara umum sebagai agama. Bagi
ummat muslim dikenal dengan Dien, Manhaj, Thoriqoh, atau Syariat. Sedangkan
aturan itu sendiri dikenal dengan illah (aturan yang wajib ditha’ati).
Sesungguhnya hanya ada dua macam konsep atau system aturan hidup di dunia ini.
Pertama sistem yang berlandaskan nafsu dan kedua sistem berlandaskan wahyu.
Karena manusia selain diberi Allah dengan potensi nafsu juga dibekali aqal
tempat penerimaan hidayah.
Nafsu
yang pada awal keberadaannya adalah bersifat tenang dalam memberikan sinyal dan
dorongan untuk melayani hajat kehidupan manusia akan dapat berubah menjadi
serakah, amarah, lawwamah, dan musawilah. Perubahan ini disebabkan nafsu
tersebut telah dipengaruhi bisikan iblis. Dalam alqur-an dinyatakan tentang hal
ini :
â€Hai nafsu/jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah
ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam jannah-Ku." (Qs. Al
Fajr :27-30).
"Yang dila'nati Allah (Iblis)
dan ia mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba
Engkau bahagian yang sudah ditentukan (nafsu)." (Qs.an Nisa : 118)
Hasutan iblis inilah yang disebut
dengan “qalam syarr†(bisikan jahat) yang apabila diiikuti manusia dan jin
akan menimbulkan sifat jahat atau syaithon. Karena lafadz syaithon berasal dari
kata sayaatin (yang jauh dari kebaikan). Dalam ayat lain dinyatakan :
"Katakanlah: "Aku
berlindung kepada Robb yang menguasai al falaq (peredaran alam). Dari (qalam)
kejahatan yang diciptakan-Nya." (Qs. Al falaq : 1-2)
Dari kejahatan (bisikan) syaitan
yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia." (Qs. An Naas : 4-5).
Dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa
:
“Sesungguhnya Allah yang Maha
Berkat dan Maha Tinggi menggenggam satu genggaman di kananNya maka berfirman :
ini untuk ini dan aku tidak peduli, dan menggenggam yang lain yaitu ditanganNya
yang lain maka berfirman : ini untuk ini dan aku tidak peduli.â€
(HR. Ahmad dari Abu Nazhor).
Dalam genggaman kanan maksudnya
qalam wahyu dan dalam genggaman lainnya maksudnya qalam syarr, wallahu’alam.
“dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan.†(Qs.al Balad : 10)
Yang dimaksud dengan dua jalan ialah
jalan kebajikan dan jalan kejahatan (qalam syarr). Sengaja Allah ciptakan Iblis
yang membawa qalam syarr untuk menguji kualitas amal ibadah setiap manusia,
agar manusia dibalasi di akhirat sesuai ‘amalnya ketika diberi kesempatan
hidup didunia yang singkat.
“Agar Dia menjadikan apa yang
dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.†(Qs. Al Hajj : 53).
Berbeda dengan nafsu yang dapat
menjadi intusi syaithoniyah, keberadaan aqal di dalam hati manusia adalah
sebagai tempat tertanamnya “qalam wahyuâ€. Suara nafsu syaithoniyah dan
suara aqal yang berlandaskan wahyu selamanya akan “bersaing†untuk
menguasai fikiran manusia. Ketika fikiran diserahkan kepada nafsu maka
kerusakan dan kezaliman yang muncul. Sebaliknya jika aqal sehat yang terdapat
dalam hati nurani terdalam manusia yang senantiasa menyuarakan al haq
yang diikuti niscaya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan sejati, serta
keadilan
“Adapun sebenarnya, Al Quran itu
adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada (hati) orang-orang yang diberi ilmu
dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim." (Qs. Al Ankabut : 49)
“dan orang-orang yang menjauhi
Thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka
berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yaitu
orang-orang yang selalu mendengarkan Perkataan (Fatwa) lalu mengikuti apa yang
paling baik (Al qur-an) di antaranya, mereka Itulah orang-orang yang telah
diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akalâ€.
(Qs.Azzumar:17-18)
Thaghut
ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t. Maksudnya
“ahsan†ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan
ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah konsep ajaran-ajaran Al
Quran karena ia adalah yang paling baik.
A. Konsep Hidup Berlandaskan Nafsu
dan Pengikutnya
“Maka pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai illah-nya dan Allah membiarkannya sesat
berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan
di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan
kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.†(Qs. Al Jaatsiyah
:23-24)
Banyak
orang yang merasa berilmu namun justru mengingkari/mangkir dari konsep al
Qur-an. Mereka hanya mengandalkan ro’yun (buah fikiran) yang dilandasi nafsu
dan sudah merasa benar. Akibatnya mereka dibiarkan Allah sesat dengan ilmu
mereka sendiri. Sedangkan kemampuan fikiran manusia hanya sebatas
masalah-masalah lahiriyah / materi duniawiyah. Artinya segala sesuatu yang
kasat mata di segala penjuru langit dan bumi dapat dianalisa secara eksakta
oleh fikiran manusia. Namun masalah ghoib (antara lain : Zat Allah, malaikat,
ruh, akhirat, rizqi, takdir, bala’ dan maut) mustahil dapat dianalisa fikiran
manusia. Ruh yang terdapat dalam jasad manusia saja tidak dapat dianalisa
manusia apalagi perkara ghaib lainnya. Allah menyatakan dalam Surah Ruum ayat 7
:
“mereka hanya mengetahui yang
lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat
adalah lalai.â€
Sekarang
ini dapat disaksikan secara jelas bahwa sebagian besar manusia bahkan dari
kalangan muslim yang mengambil aturan hidup selain dari Dienullah. Satu contoh
kasus, mereka gandrung dengan sistem hidup miliknya orang kafir dari buah
fikiran Socrates, plato, Machiavelli, Kent, Dente, dan penerusnya. Yaitu sistem
politik berasaskan kebatilan “suara rakyat adalah suara tuhanâ€. Lalu
dipadukanlah dengan aturan dari Allah sehingga muncul istilah “Politik
Islam†dan “Demokrasi ‘ala Islam. Terbukti sampai saat ini tidak ada
bukti keberhasilan sistem bathil tersebut dalam menjaga hak-hak manusia secara
adil dan jujur.
Manusia
mau tidak mau akan menemui hari akhirat yang kekal. Disinilah letak
permasalahannya. Karena jika kita hanya hidup di dunia kemudian tidak akan
dibangkitkan lagi maka bolehlah manusia hidup sekehendaknya dan menafikan agama
(baca:dienul Islam) dan tidak perlu ada. Namun ternyata perbuatan kita di dunia
yang sangat singkat ini bisa berakibat penyesalan yang sangat panjang atau juga
kebahagiaan hakiki di akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai illah /ikutan/pegangan hidup serta mengada-ada
dalam urusan Allah.
Nafsu
yang telah berasosiasi dengan bisikan iblis inilah yang menyesatkan banyak
manusia dari jalan Allah. Munculnya agama-agama dan aliran sesat adalah dari
buah fikir atau hasil budidaya fikiran manusia yang telah dihasut iblis.
Keberhasilan iblis ini antara lain karena banyak manusia tidak mewaspadai
keberadaan iblis bahkan menganggap tidak ada serta kurang upaya untuk kembali
ke tuntunan yang benar. Definisi Agama secara luqhowi berbeda dengan Dinul
Islam yang merupakan hak mutlaq Allah yang tidak boleh dicampuri dengan buah
fikiran manusia. Bahkan rosulullah pun dilarang menggunakan ro’yun dalam
urusan Islam. Agama berasal dari dua suku kata dari bahasa sansekerta, A adalah
tidak, gama/gomo adalah kocar-kacir. Jadi agama bermakna aturan dari manusia
agar tidak hidup kucar-kacir.
“Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah Addien yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta
dan sangat ingkar." (Qs. Az-Zumar :3)
“dan Tiadalah yang diucapkannya
itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri
dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi.†(Qs. An Najm
:3-7).
B. KONSEP
HIDUP BERLANDASKAN ALQUR-AN
Tentu
sama kita fahami bahwa bagi setiap muslim, al Qur-an adalah satu-satunya
pilihan jalan lurus yang mampu menghantarkan manusia kepada tujuan hidup
sebenarnya yaitu ridho Allah.
“dan bahwa (yang Kami perintahkan
ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.†(Qs. Al
an’am : 153).
Jaminan
Allah kepada setiap manusia bahwa dengan menerapkan konsep wahyu yang tertuang
dalam al Qur-an dan dijelaskan RosulNya dalam haditsnya akan muncul keberkahan
hidup di dunia, persatuan ummat, dan keselamatan dunia-akhirat. Dalam
keberkahan terkandung makna kebahagiaan, keadilan, kejujuran dan keselamatan.
Bahkan hanya dengan rujuk kepada al qur-an ini hamba-hambaNya dapat menyatu
satu-sama lain. Tapi dengan meninggalkan atau mengambil sebagian saja dari
ajaran al Qur-an lalu dicampuradukkan dengan ajaran dari fikiran manusia,
justru muncul firqoh-firqoh dan mahzab-mahzab baru dalam Islam. Hal inilah yang
perlu dicermati sungguh-sungguh oleh setiap muttabi’ rosul. Allah dan
rosulNya mengingatkan akan hal ini. Ditambah lagi tidak ada satupun para Imam
dan Ulama Salaf terdahulu didalam kitab mereka memerintahkan manusia untuk
wajib bermahzab mengikuti mereka. Bahkan memerintahkan untuk rujuk kepada
sumber ajaran mereka, yaitu al Qur-an dan assunnah.
“dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali Allah (al Qur-an), dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.†(Qs. Ali
Imran : 103)
Hadits :
“Barangsiapa yang tidak berhukum
kepada ketetapan Kitabullah, dan mengada-adakan selain yang diturunkan Allah,
niscaya diantara mereka diadakan Allah permusuhan yang hebat
(HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dari
Abdullah bin Umar)
Menyikapi munculnya firqoh-firqoh
dan mahzab maka al Qur-an mengajarkan kepada kita
“Sesungguhnya orang-orang yang
memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun
tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah
kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah
mereka perbuat.†(Qs. Al An’am :159)
Firqoh disini maksudnya: ialah
golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya. Namun demikian
dikarenakan Dinul Islam adalah konsep aturan kehidupan yang bersifat bersih,
final, syumul, lengkap serta mampu menjawab segala tantangan zaman, maka tidak
dibenarkan seorang muslim menambahi atau menguranginya. Jika diibaratkan dengan
sebuah bangunan rumah, maka Islam adalah rumah yang indah tiada bandingnya.
Didalamnya terjamin keamanan dan kesejahteraan. Setiap sudut bangunan dan
pekarangannya terpancar keagungan pemiliknya. Maka siapapun yang menyatakan
taslim (tunduk) kepada Islam berarti ingin menjadi penghuni bangunan itu tentu
ia harus menthaati aturan pemiliknya. Tidak dibenarkan seorangpun yang
berlindung didalamnya mengubah bentuknya, mengotori, atau merusak bangunan itu.
Bahkan kita diperintahkan untuk menjaga serta merawat keaslian dan keindahan
bangunan tersebut.
Golongan
yang Sedikit
“Maka mengapa tidak ada dari
umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang
daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di
antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang
yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan
mereka adalah orang-orang yang berdosa.†(Qs. Huud : 116)
Tidaklah
aneh jika kebanyakan manusia enggan memulai mengadakan perbaikan bahkan hanya
sedikit sekali, !@#$%^&* beberapa gelintir hamba pilihanNya yang mau
menerima perintah ini. Mereka inilah yang disebut dalam al Qur-an sebagai ‘Ulu Baqiyah (kelompok sisa).
Seperti gambaran rosul beserta sahabat yang hanya berjumlah 313 orang yang
mengikuti perang pertama kali membela Islam di Badar. Kemenangan justru bukan
berada pada banyaknya pengikut, justru sedikit orang namun benar langkahnya
insyaAllah akan dihantarkan kepada kemenangan serta dijadikan pemicu semangat
bagi hamba Allah lainnya. Maka disinilah letak tanggung jawab muslim terutama
para ulama dalam menjaga dan membela Islam. Allah pun memberi janji melalui
hadits rosulNya bahwa setiap pangkal seratus tahun akan dibangkitkanNya Mujadid-Mujadid
yang akan menjaga kemurnian Islam. Maukah kita dimasukkan Allah dalam golongan
yang sedikit namun memiliki keutamaan derajat di sisiNya? Wallahu’alam bi
showab.
1. Jangan
Takut dan Khawatir
Perasaan takut dan khawatir
merupakan pikiran kita yang paling tidak produktif. Sebagian besar hal-hal yang
kita khawatirkan atau takutkan tidak pernah terjadi. Jadi untuk apa kita
khawatir dan takut?
2. Jangan
Pernah Menyimpan Dendam
Dendam adalah hal terbesar dan
akan menjadi beban terberat jika kita menyimpannya di dalam hati. Maukah anda
membawanya sepanjang hidup? …. Saya rasa tidak. Jangan sia-siakan energi kita
dengan menyimpan dendam, sudah pasti tidak ada gunanya. Gunakanlah energi kita
tersebut untuk hal-hal yang positif.
3. Fokus
Pada Satu Masalah
Jika kita memiliki beberapa
masalah, selesaikanlah masalah kita satu per satu. Jangan terpikirkan untuk
menyelesaikan masalah secara sekaligus karena justru akan membuat kita semakin
stress.
4. Jangan
Membawa Tidur Masalah Anda
Masalah adalah hal yang sangat
buruk untuk kesehatan tidur kita. Pikiran bawah sadar kita adalah hal yang luar
biasa yang dapat membuat kita gelisah dan tidur kita menjadi tidak nyenyak.
5. Jangan
Mengambil Masalah Orang Lain Untuk Anda Selesaikan
Membantu orang lain yang sedang
dalam masalah adalah hal yang mulia, tetapi jika kita mengambil porsi terbesar
untuk menyelesaikan masalah orang lain tersebut justru itulah kesalahan
terbesar. Biarkanlah orang tersebut yang menyelesaikan masalahnya sendiri
dengan porsi terbesar.
6. Jangan
Hidup di Masa Lalu
Mungkin terasa nyaman bagi kita
mengingat hal-hal yang menyenangkan di masa lalu tetapi jangan anda terlena
didalamnya. Konsentrasilah dengan apa yang terjadi saat ini, karena kita pun
akan bisa merasakan banyak kebahagiaan di saat ini. Saya yakin kita akan
mempunyai perasaan yang jauh lebih berbahagia jika kita merayakan apa yang
terjadi saat ini dibanding dengan mengingat-ngingat kebahagiaan di masa lalu.
7. Jadilah
Pendengar yang Baik
Mungkin sebagian besar orang
termasuk saya, susah untuk menjadi pendengar yang baik. Justru sebaliknya kita
mengharapkan orang lain yang mendengarkan omongan kita, tetapi sebetulnya
dengan belajar mendengarkan orang lain, kita akan mendapatkan banyak hal baru
yang dapat sangat berguna bagi kebahagiaan hidup kita.
8. Jangan
Biarkan Frustasi Mengatur dan Bahkan Mengacaukan Hidup Anda
Kasihanilah diri kita lebih dari
apa pun, maksud saya adalah janganlah kita menyerah pada frustasi. Maju terus.
Ambillah tindakan-tindakan positif dan lakukanlah dengan konsisten.
9.
Bersyukurlah Selalu
Bersyukur dan berterimakasihlah
atas semua yang kita dapatkan, bukan hanya hal yang positif saja tetapi juga
hal yang negatif, karena saya percaya dibalik setiap hal yang negatif tersebut
ada hal baik yang bisa kita pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar