Rabu, 30 Juli 2014

PEJUANG-PEJUANG ISLAM - KHALID BIN WALID R.A


KHALID BIN WALID R.A - SAIFULLAH (PEDANG ALLAH)






Posted By :  http://adrianirnandapratama.blogspot.com/adrian irnanda pratama 
“Jenderal Arab Muslim paling terkenal, Pedang Islam, sahabat Rasulullah, Khalid bin Walid. Arsitek agung penaklukan Islam pertama di Abad ke-7.”
Itu adalah kata-kata dari Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab di Universitas of Edinburg untuk menggambarkan Khalid bin Walid.
Khalid ibn al-Walid (584642), atau sering disingkat Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai Saifullah Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus). Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka’bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu”.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya. Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam.Itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap Islam. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kualitasnya sebagai pekelahi.

Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan. Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.

Memeluk Islam
Saat perjanjian perdamaian (Perjanjian Hudaibiyyah, Maret 628 M) berlangsung antara kaum muslimin dan kafir quraisy, sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad berkata kepada Walid (saudara Khalid), “Seseorang seperti Khalid, pasti akan tertarik pada Islam“. Walid kemudian mengirim surat kepada Khalid, membujuknya masuk Islam. Khalid yang sebenarnya tidak terlalu mengidolakan berhala-berhala Ka’bah kemudian mengajak bicara Ikrimah bin Abu-Jahal – teman semasa kecilnya – yang menentang niatnya untuk masuk Islam.
Khalid kemudian diancam oleh Abu Sufyan yang hendak menyerangnya dengan penuh amarah, namun dihalangi oleh Ikrimah. “Sabar, Wahai Abu Sufyan, kemarahan Anda mungkin juga membawa saya untuk bergabung dengan Muhammad. Khalid bebas untuk mengikuti agama apa pun ia pilih“. Khalid sendiri membalas Abu Sufyan dengan menjawab bernada keras, “Demi Allah orang suka atau tidak, sungguh dia benar.”
Bulan May 629 M, Khalid menuju Madinah dan bertemu dengan Amru bin Ash dan Uthman bin Talha yang juga menuju Madinah untuk masuk Islam. Mereka tiba di Madinah pada 31 May 629 serta segera menuju rumah nabi Muhammad saw. Khalid kemudian diterima oleh sang kakak Walid bin Walid yang lebih dahulu masuk Islam.
Kehidupan Dalam Islam
Partisipasi pertama Khalid dalam membela Islam adalah perang Mut’ah. Dalam pertempuran ini, ia menjadi prajurit biasa bersama 3.000 pasukan Madinah lainnya menghadapi sekitar 200.000 pasukan Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia ditunjuk untuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima: Zayd bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dengan perannya ini, pasukan Madinah bisa bertahan selama tujuh hari.
Ia mengubah posisi pasukan sayap kanan ke sayap kiri dan begitu juga sebaliknya. Ia lalu membariskan seluruh pasukannya dalam barisan yang amat panjang untuk memberikan kesan jumlah pasukannya lebih banyak. Ia juga memerintahkan pasukannya untuk membuat debu dan pasir beterbangan lebih dari yang seharusnya. Strateginya berjalan cukup sukses dengan timbulnya kewas-wasan dalam hati pasukan Romawi karena mengira pasukan Madinah menerima bantuan. Efek ini muncul karena mereka harus berhadapan dengan wajah baru setiap harinya. Khalid lalu dengan lebih mudah agak mengorientasikan pasukannya untuk selalu mundur sedikit demi sedikit. Pasukan Romawi mengira hal ini adalah jebakan untuk membuat mereka masuk ke gurun pasir Arab yang “kejam”. Hari ketujuh, perang berakhir dengan mundurnya kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini, Khalid mematahkan sembilan pedangnya yang menunjukkan betapa intensifnya pertempuran antar kedua belah pihak. Karena kepemimpinannya dalam pertempuran ini juga, ia dijuluki Saifullah atau ‘Pedang Allah’ oleh Rasulullah SAW.
Hari-hari berikutnya, Khalid bin Walid tetap berada di barisan terdepan pembela panji Islam. Saat Fathu Makkah, Khalid bin Walid diserahi Rasulullah sebagai pemimpin pasukan yang bergerak dari arah dataran rendah Mekkah. Beliau bersama pasukan bergerak ke dalam kota dan tidak mendapat perlawanan berarti, kecuali dari sebagian orang Quraisy bodoh yang berhasil diatasi dengan mudah oleh pasukan Khalid bin Walid.
Pada perang Hunain, pasukan Muslimin dari suku Bani Salim berada di bawah komando Khalid bin Walid.
Khalid juga terlibat dalam Pertempuran Tabuk yang dipimpin langsung Nabi Muhammad saw. Khalid lalu dikirim ke wilayah Daumat-ul-Jandal dimana ia berjuang dan berhasil menangkap pangeran Arab Daumat-ul-Jandal, memaksa Daumat-ul-Jandal untuk menyerah.
Pada Januari 630 M, tahun ke 8 H, Khalid dikirim Rasullullah saw untuk menghancurkan berhala (jin ) Uzza. Seorang perempuan yang diklaim sebagai bentuk asli Uzza sukses dibunuh oleh Khalid.
Khalid juga dikirim oleh Rasulullah saw untuk mengajak banu Jadhima masuk Islam.
Pada 631 M Khalid bin Walid turut serta berpartisipasi dalam haji perpisahan Muhammad SAW. Dalam peristiwa ini, ia mengumpulkan beberapa rambut Muhammad SAW, sebagai peninggalan suci, yang akan menginspirasinya memenangkan pertempuran di masa mendatang.
Sepeninggal Rasulullah SAW, Khalid tetap setia di jalan Islam. Hari-harinya disibukkan dengan rihlah jihad, menyebarkan Islam ke penjuru Jazirah.

Era Khalifah Abu Bakar (632–634)
Pertempuran Riddah
Setelah kematian nabi Muhammad saw, banyak suku arab yang memberontak dan menolak kekuasaan Madinah. Khalifah Abu Bakar mengirim pasukan untuk mengatasi pemberontakan dan mereka yang murtad. Khalid adalah salah satu penasehat utama Abu Bakar dan arsitek perencanaan strategis Pertempuran Riddah. Dia diberi komando atas brigade muslimin terkuat (terdiri dari pejuang pilihan muhajirin dan anshar) dan dikirim ke pusat arab, daerah yang paling strategis dan sensitif di mana suku pemberontak paling kuat tinggal. Daerah ini paling dekat dengan kubu muslim Madinah dan merupakan ancaman terbesar ke kota. Pertama-tama, Khalid berangkat ke suku-suku pemberontak Tayy dan Jalida, dimana Adi bin Hatim – seorang sahabat terkemuka Nabi Muhammad, dan seorang kepala suku dari suku Tayy – dikirim sebagai penengah. Kedua suku kemudian setuju kembali bergabung ke kekhalifahan.

Perjuangan Khalid dalam Pertempuran Riddah
Pada pertengahan September 632 M, Khalid mengalahkan Tulaiha, seorang pemimpin pemberontak yang mengaku sebagai nabi untuk menarik dukungan bagi dirinya sendiri. Kekuasaan Tulaiha hancur setelah pengikutnya yang tersisa dikalahkan di Pertempuran Ghamra. Khalid berikutnya bergerak menuju Naqra dan mengalahkan pemberontak suku Bani Salim dalam Pertempuran Naqra. Wilayah ini berhasil diamankan setelah Pertempuran Zafar bulan Oktober 632 dengan kalahnya Salma seorang perempuan yang memimpin sisa-sisa pembangkang murtad.

Kontroversi Pembunuhan Malik bin Nuwairah
Setelah wilayah sekitar Madinah, ibukota Islam, direbut kembali, Khalid memasuki Nejd, wilayah perkampungan dari suku banu Tamim. Banyak dari anggota suku banu Tamim yang bergegas untuk mengunjungi Khalid dan menyatakan tunduk kepada kekuasaan kekhalifahan. Tetapi suku banu Yarbu, di bawah pimpinan Malik bin Nuwairah, menolak menyerah. Malik kemudian memilih menghindari kontak langsung dengan pasukan Khalid dan memerintahkan para pengikutnya untuk menyebar, dan ia dan keluarganya melarikan diri melintasi padang pasir.
Malik kemudian tertangkap oleh pasukan Khalid dan diserahkan kepada Khalid. Lalu diminta pertanggungjawaban mengenai “kejahatannya”. Malik kemudian mengatakan, “sahabat anda mengatakan ini, sahabat anda mengatakan bahwa…” merujuk kepada Abu Bakar, Khalid menyatakan bahwa Malik murtad dan pemberontak, lalu memerintahkan agar dia dieksekusi. Setelah eksekusi Malik, Khalid menikahi istrinya yang sangat cantik, Layla bint al-Minhal (Umm Tamim) di malam harinya. Kasus Malik bin Nuwairah ini memang penuh kontroversi karena Malik dan pengikutnya menyakini bahwa mereka masih muslim.
Abu Qatadah al-Anshari, seorang sahabat Muhammad, yang mendampingi Khalid sangat terkejut dengan perbuatan Khalid meng-eksekusi mati Malik dan menikahi istrinya. Dengan keadaan marah, ia segera kembali ke Madinah, dan melaporkan perbuatan Khalid kepada Khalifah Abu Bakar. Ia juga bersumpah tidak akan mau lagi berada dibawah komando Khalid yang telah membunuh seorang Muslim. Abu Bakar ternyata malah memuji Khalid dan kemenangan-kemenangannya dan tidak senang dengan sikap Abu Qatadah.

Kemarahan Umar Terhadap Perbuatan Khalid
Kecewa dengan reaksi Abu Bakar, lantas Abu Qatadah mengadu kepada Umar bin Khattab. Umar ternyata sependapat dengan Abu Qatadah bahwa Khalid mengampangkan hukum Allah. Umar segera menemui Abu Bakar, meminta agar Khalid dipecat. “Pedang Khalid itu sangat tergesa-gesa dan harus ada sanksinya.” ujar Umar. “Ah Umar! Dia sudah membuat pertimbangan tapi salah. Jangan mengatakan yang bukan-bukan tentang Khalid.” jawab Abu Bakar. Namun Umar bersikeras agar Khalid diberi sanksi. “Umar! Aku tak akan menyarungkan pedang yang oleh Allah sudah dihunuskan kepada orang-orang kafir!” kata Abu Bakar kesal.
Abu Bakar akhirnya memanggil Khalid bin Walid ke Madinah untuk dimintai pertanggungjawaban. Tatkala Khalid tiba dari medan perang, Umar lantas menemuinya dan memarahinya “Anda musuh Allâh! Kau membunuh seorang Muslim dan kemudian menikahi istrinya. Demi Allâh, sungguh akan kurajam engkau dengan batu!” Namun Abu Bakar kembali membela Khalid.

Pertempuran Yamamah
Setelah insiden Malik, Abu Bakar mengirim Khalid untuk menghancurkan ancaman paling berbahaya bagi negara Islam yang baru lahir. Yakni Musailimah, pemimpin banu Hanifah yang mengaku sebagai nabi, dan sudah mengalahkan dua pasukan muslimin. Pada minggu ketiga bulan Desember 632, Khalid meraih kemenangan yang menentukan melawan Musailimah pada Pertempuran Yamamah. Musailimah tewas dalam pertempuran itu. Setelah peristiwa ini, hampir semua pemberontakan suku-suku berhasil ditumpas dalam Pertempuran Riddah yang berlangsung selama sekitar setahun.
Invasi Ke Wilayah Kekaisaran Persia
Setelah masalah pemberontakan selesai, dan penduduk Arab kembali bersatu dalam panji Islam. Abu Bakar khawatir melihat wilayah Islam yang terjepit diantara 2 kekaisaran besar (Persia dan Romawi Bizantium) lantas memutuskan untuk menyerang Persia dan Romawi. Khalid kemudian dikirim untuk memerangi Kekaisaran Persia dengan pasukan yang terdiri dari 18.000 sukarelawan untuk menaklukkan provinsi terkaya kekaisaran Persia, wilayah sungai Efrat Mesopotamia yang lebih rendah, (Irak).
Khalid dengan cepat meraih empat pertempuran berturut-turut. Pertempuran Chains, berperang pada bulan April 633, Pertempuran Sungai, bertempur di minggu ketiga bulan April 633, Pertempuran Walaja, berperang Mei 633 dan Pertempuran Ullais, bertempur di pertengahan bulan Mei 633. Pada minggu terakhir bulan Mei 633, Al-Hira, ibu kota daerah Mesopotamia rendah, jatuh ke tangan Khalid. Penduduk Mesopotamia rendah (Irak) memilih berdamai dengan membayar jizyah (upeti) setiap tahun serta setuju untuk memberikan informasi intelijen bagi pasukan muslimin. Setelah beristirahat pasukannya, pada bulan Juni 633. Khalid mengepung Anbar yang meskipun mendapat perlawanan sengit berhasil direbut pada bulan Juli 633. Khalid kemudian bergerak ke arah selatan, dan menguasai Tamr Ein ul pada minggu terakhir bulan Juli, 633.
Sekarang, hampir semua Mesopotamia rendah, (wilayah utara Efrat), berada di bawah kendali Khalid. Sementara itu, Khalid menerima permintaan permohonan bantuan dari Ayaz bin Ghanam di wilayah Daumat-ul-Jandal. Agustus 633, Khalid pergi ke Daumat-ul-Jandal dan mengalahkan para pemberontak dalam Pertempuran Daumat-ul-Jandal, menguasai benteng kota. Dalam perjalanan kembali ke Mesopotamia, Khalid dikabarkan telah melakukan perjalanan rahasia ke Mekah untuk berpartisipasi dalam haji.
Setelah kembali dari Arab, Khalid menerima informasi intelijen bahwa adanya pasukan Persia dalam jumlah besar dibantu orang Kristen Arab. Pasukan besar ini terbagi dalam empat kamp-kamp yang berbeda di wilayah Efrat, di Hanafiz, Zumail, Saniyy dan terbesar berada di Muzayyah. Khalid memilih menghindari pertempuran langsung melawan mereka semua. Lantas memutuskan untuk menyerang dan menghancurkan setiap kamp-kamp dalam serangan malam hari terpisah dari tiga sisi. Dia membagi pasukannya dalam tiga unit, dan menyerang pasukan Persia dalam serangan terkoordinasi dari tiga arah yang berbeda pada malam hari, dimulai dari Pertempuran Muzayyah, maka Pertempuran Saniyy, dan akhirnya Pertempuran Zumail pada bulan November 633 Masehi.

Perjuangan Khalid dalam Pembebasan Irak
Setelah serangkaian kemenangan, sampailah Khalid dan pasukannya di Firaz yaitu perbatasan Irak dengan Syam. Dalam pertempuran terakhir Khalid di wilayah Persia ini, bersama pasukannya Khalid menghadapi pasukan gabungan Romawi, Persia dan Kristen Arab dalam pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Firaz. Ketika Khalid sedang dalam perjalanan untuk menyerang Qadissiyah, sebuah benteng kunci menuju Ctesiphon, ia menerima surat dari Abu Bakar yang memerintahkannya untuk menuju Romawi Bizantium di Suriah dengan maksud membebaskan Syam.

Invasi Ke Wilayah Timur Kekaisaran Romawi Bizantium
Setelah sukses menaklukan provinsi Persia – Sassanid Irak, Khalifah Abu Bakar mengirim sebuah ekspedisi untuk menyerang Levant (Romawi Suriah). Invasi ini akan dilaksanakan oleh empat pasukan dari empat arah berbeda. Bizantium menanggapi ancaman ini dengan menempatkan pasukan-pasukannya saling berhadapan dengan masing-masing pasukan muslimin. Bizantium juga memusatkan pasukan mereka di Ajnadyn (suatu tempat di Palestina, mungkin al-Lajjun). Langkah pasukan muslim tertahan di wilayah perbatasan, disebabkan kekuatan besar di pihak Romawi Bizantium. Tentara muslimin tidak lagi bebas untuk bergerak ke Suriah pusat atau utara. Kekuatan pasukan muslimin tampaknya terlalu kecil melawan ancaman pasukan Bizantium dalam jumlah besar, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, komandan Muslim bagian depan Suriah, meminta bala bantuan dari Khalifah. Abu Bakar menanggapinya dengan mengirimkan bala bantuan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, dari Irak. Khalid yang ingin melanjutkan perjuangannya membebaskan Persia merasa kesal. Khalid curiga bahwa perintah Khalifah karena saran Umar bin Khattab.
Ada dua rute menuju Suriah dari Irak, salah satunya melalui Daumat-ul-Jandal (sekarang dikenal sebagai Skaka) dan yang lainnya adalah melalui Mesopotamia melewati Ar-Raqqah. Karena pasukan Islam di Suriah yang membutuhkan bantuan secepatnya, Khalid menghindari rute konvensional ke Suriah melalui Daumat-ul-Jandal karena jauh dan akan memerlukan beberapa minggu untuk mencapai Suriah. Dia juga menghindari rute Mesopotamia karena kehadiran pasukan Romawi di Suriah utara dan Mesopotamia. Berperang dengan mereka pada saat pasukan muslimin sedang terkepung di Suriah, juga berarti akan terjadi pertempuran di dua front. Khalid memilih rute yang tidak terlalu jauh ke Suriah, jalur yang tidak biasa dilalui, yakni Gurun Suriah. Ia berjalan bersama pasukannya melintasi gurun, di mana secara tradisi diperkirakan prajuritnya akan berjalan selama dua hari tanpa setetes minum, sebelum mencapai sumber air di oasis. Khalid memecahkan masalah kekurangan air dengan menggunakan metode suku Badui. Unta yang diberi minum air yang banyak, setelah unta tersebut sebelumnya dibuat sedemikian haus, sehingga akan mendorong unta untuk minum banyak air pada satu waktu. Beberapa ekor unta kemudian juga dibedah perutnya guna diambil kantong airnya untuk memberi minum kuda-kuda. Cara ini terbukti efektif bagi pasukan muslim saat melintasi gurun.
Khalid memasuki Suriah pada bulan Juni 634 dan dengan cepat merebut benteng perbatasan dari Sawa, Arak, Palmyra, al-Sukhnah (Qaryatayn dan Hawarin direbut setelah Pertempuran Qarteen dan Pertempuran Hawarin). Setelah menundukkan kota-kota ini, Khalid bergerak menuju Bosra, sebuah kota dekat perbatasan Suriah-Arab dan ibukota kerajaan Ghassanid Arab, pengikut dari Kekaisaran Romawi Timur. Dia menuju arah Damaskus melewati gunung yang kini dikenal sebagai “Sanita-al-Uqab” (“jalan tembus Uqab”) dinamai demikian karena pasukan Khalid mengibarkan al-Uqab, bendera Rasulullah. Dalam perjalanan di Maraj-al-Rahat, Khalid melewati tentara Ghassanid Kristen Arab dan terjadi pertempuran singkat yang dikenal sebagai Pertempuran Marj al-Rahit.
Dengan kabar kedatangan Khalid, Abu Ubaidah memerintahkan Syurahbil bin Hasanah, salah satu dari empat komandan pasukan muslimin, untuk menyerang kota Bosra. Pasukan Syurahbil bin Hasanah yang kalah jumlah, ditertawakan oleh pasukan Romawi Byzantium dan Kristen Arab yang berpikir akan mudah mengalahkannya, namun tanpa mereka duga pasukan Khalid tiba dari gurun dan menyerang sisi belakang pasukan Romawi Bizantium, menyelamatkan Shurhabil dari kekalahan. Pasukan musuh lantas mundur ke benteng kota. Abu Ubaidah bergabung bersama Khalid bin Walid di Bosra. Kemudian Khalid, sesuai instruksi dari khalifah, mengambil alih komando tertinggi. Benteng Bosra menyerah pada pertengahan Juli 634, efektif mengakhiri dinasti Ghassanid. Setelah merebut Bosra, Khalid memerintahkan semua pasukan untuk bergabung dengannya di Ajnadayn, di mana mereka berjuang dalam pertempuran menentukan melawan Bizantium tanggal 30 Juli 634. Sejarawan modern menganggap pertempuran ini adalah pertempuran paling menentukan dalam mengakhiri kekuasaan Bizantium di Suriah.
Akibat kekalahan di Pertempuran Ajnadayn, wilayah kiri Suriah rentan terhadap tentara muslim. Sekarang, Khalid bin Walid memutuskan untuk merebut Damaskus, benteng Bizantium. Di Damaskus, Thomas, anak angkat Heraklius Kaisar Byzantium, yang bertanggung jawab atas pertahanan kota, mendapat informasi intelijen, bahwa pasukan Khalid bergerak menuju Damaskus, ia mempersiapkan pertahanan kota. Dia menulis kepada Kaisar Heraklius, yang pada saat itu di Emesa, untuk mengirim bala bantuan. Selain itu, Thomas, dalam rangka untuk menunda atau menghentikan pergerakan pasukan Khalid mengirimkan pasukannya untuk bergerak maju. Dua pasukannya dikirim. Yang pertama di Yaqusa pada pertengahan bulan Agustus dan yang lainnya di Maraj as-Saffer pada tanggal 19 Agustus. Sementara itu, sebelum bala bantuan Heraklius mencapai Damaskus, Khalid mengisolasi Damaskus dengan menempatkan detasemen selatan di jalur Palestina dan di utara di jalur Damaskus dengan Emesa, dan beberapa detasemen lain yang lebih kecil pada rute menuju Damaskus. Bala bantuan Heraklius dicegat dan diserang oleh pasukan Khalid di Pertempuran Sanita-al-Uqab, 30 km dari Damaskus.
Khalid memimpin serangan dan menaklukkan Damaskus pada tanggal 18 September 634 setelah pengepungan selama 30 hari. Menurut beberapa sumber, pengepungan ini berlangsung selama sekitar empat atau enam bulan. Kaisar Heraklius yang menerima berita jatuhnya Damaskus, berangkat ke Antiokhia dari Emesa. Kavaleri muslimin di bawah Khalid menyerang pasukan Bizantium dari Damaskus yang juga menuju ke Antiokhia, menyusul mereka menggunakan jalan pintas yang tidak diketahui, dalam Pertempuran Maraj-al-Debaj, 150 kilometer sebelah utara Damaskus.
Abu Bakar meninggal selama pengepungan Damaskus dan Umar menjadi khalifah baru.

Era Khalifah Umar Bin Khattab (634–644)
Langkah pertama Umar adalah membebastugaskan Khalid dari komando tertinggi pasukan muslimin dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai komandan baru pasukan muslimin. Hubungan antara Khalid dengan Umar telah menegang sejak insiden Malik bin Nuwairah. Akibatnya terjadi krisis kepercayaan antara keduanya. Sosok Khalid yang tak terkalahkan, membuat Umar khawatir seandainya kaum muslimin melupakan fakta bahwa semua kemenangan ini karena pertolongan Allah.
Umar menjelaskan alasannya memecat Khalid mengatakan: “Saya tidak memecat Khalid bin Walid karena benci atau pengkhianatan tetapi karena semua orang sudah terpesona, saya khawatir orang hanya percaya kepadanya dan hanya akan berkorban untuknya. Maka saya ingin mereka tahu bahwa Allah Maha Pencipta dan supaya mereka tidak menjadi sasaran fitnah.”
Ketika Abu Ubaidah datang, Khalid berkata, “telah datang kepada kalian kepercayaan ummat ini. Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kepercayaan ummat ini adalah Abu Uabidah bin Jarhah.” Abu Ubaidah menimpali, “Saya juga mendengar Rasulullah SAW bersabda”Khalid adalah pedang diantara pedang Allah, dialah sebaik-baik pemuda dalam keluarga.”
Setelah menerima surat tentang pencopotan dirinya dari kedudukan sebagai panglima perang yang kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah, dengan hati lapang Khalid bin Walid pun menyerahkan kepemimpinan tersebut kepada sahabat mulia Abu Ubaidah. Selanjutnyabeliau bertempur dengan penuh semangat sebagai anggota pasukan. Abu Ubaidah yang seorang pengagum Khalid, memberinya komando kavaleri dan menjadikannya sebagai penasihat militer.
Melihat semangat juang Khalid yang tak pernah kendur meskipun kedudukannya dicopot, sebagian orang menanyakan kepada beliau mengapa beliau tidak sakit hati dan tetap bersemangat berjihad padahal tanpa ada satu kesalahanpun?? Dengan tenang beliiau menjawab,”Saya berjihad karena mengharap ridho Rabbnya Umar , bukan karena Umar.”
Rupanya, kuatnya keikhlasan itulah yang menjadikan Khalid bin Walid tidak luntur semangat jihadnya, baik saat menjadi panglima maupun saat menjadi pasukan biasa. Beliau tidak peduli dengan semua itu, yang penting Allah meridhoinya. Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid.
Aksi heroik Khalid sangat membantu Abu Ubaidah dalam Penaklukan Levant Tengah, Pertempuran Emesa, Pertempuran Damaskus bagian kedua, Pertempuran Yarmuk, Penaklukan Yerusalem, Penaklukan Suriah Utara dan Perjalanan ke Armenia dan Anatolia.
Ada kisah unik pada perang Yarmuk, dimana salah seorang panglima Romawi yang bermana George memanggil Khalid bin Walid. Kedua orang panglima itu saling mendekat sampai kedua kepala kuda mereka saling bertemu. Kepada Khalid, George bertanya: “Wahai Khalid, aku meminta kamu berbicara dengan jujur dan jangan berdusta sedikitpun, kerana Tuhan Yang Maha Mulia tidak pernah berdusta, dan jangan pula kamu menipuku, karana sesungguhnya orang yang beriman itu tidak akan berdusta di sisi Allah.”
“Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan,” kata Khalid.
“Apakah Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW sebuah pedang dari langit kemudian diberikannya kepadamu sehingga jika kamu pakai pedang itu untuk berperang, pasti kamu akan menang?”
“Tidak!” Jawab Khalid.
“Apakah sebabnya kamu digelar dengan Saifullah (Pedang Allah)?” Tanya George.
Khalid menjawab: “Ketika Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW, seluruh kaumnya sangat memusuhinya termasuk juga aku, aku adalah orang yang paling membencinya. Setelah Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepadaku, maka aku pun masuk Islam. Ketika aku masuk Islam Rasulullah SAW menerimaku dan memberi gelaran kepadaku “Saifullah” (pedang Allah).”“Jadi tujuan kamu berperang ini untuk apa?” Tanya George. “Kami ingin mengajak kamu supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah dan kami juga ingin mengajak kamu untuk mempercayai bahwa segala apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah benar.” Jawab Khalid.
George bertanya: “Apakah hukumannya bila orang itu tidak mau menerimanya?” Jawab Khalid: “Hukumannya adalah harus membayar jizyah, maka kami tidak akan memeranginya.”
“Bagaimana kalau mereka tidak mau membayar?” Tanya George.
“Kami akan mengumumkan perang kepadanya,” kata Khalid bin Walid.
George bertanya: “Bagaimanakah kedudukannya jika orang masuk Islam pada hari ini?”
Khalid menjawab: “Di hadapan Allah SWT, kita akan sama semuanya, baik dia orang yang kuat, orang yang lemah, yang dahulu maupun yang kemudian masuk Islam.”
“Apakah orang dahulu masuk Islam kedudukannya akan sama dengan orang yang baru masuk?” Tanya George.
Khalid menjawab: “Orang yang datang kemudian akan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang terdahulu, sebab kami yang terlebih dahulu masuk Islam, menerima Islam itu ketika Rasulullah SAW masih hidup dan kami dapat menyaksikan turunnya wahyu kepada baginda. Sedangkan orang yang masuk Islam kemudian tidak menyaksikan apa yang telah kami saksikan. Oleh kerana itu siapa saja yang masuk Islam yang datang terakhir maka dia akan lebih mulia kedudukannya, sebab dia masuk Islam tanpa menyaksikan bukti-bukti yang lebih meyakinkannya terlebih dahulu.”
George bertanya: “Apakah yang kamu katakan itu benar?”
“Demi Allah, sesungguhnya apa yang aku katakan itu adalah benar,”jawab Khalid.
George berkata: “Kalau begitu aku akan percaya kepada apa yang kamu katakan itu, mulai saat ini aku bertaubat untuk tidak lagi memusuhi Islam dan aku menyatakan diri masuk ke dalam agama Islam, wahai Khalid tolonglah ajarkan aku tentang Islam.”
Lalu Khalid bin Walid membawa George ke dalam khemahnya, kemudian menuangkan air ke dalam timba untuk menyuruh George bersuci dan mengerjakan solat dua rakaat.
Ketika Khalid bersama dengan George masuk ke dalam khemah, maka tentara Romawi mengadakan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam. Setelah selesai mengerjakan solat, maka Khalid bin Walid bersama dengan George dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu kaum Muslimin mengerjakan solat Dzuhur dan Asar dengan isyarat saja.
Dalam pertempuran itu, George yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan solat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keislamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya.
Pemecatan Khalid bin Walid Dari Kemiliteran
Khalid bin Walid, sekarang, berada di puncak karir, ia terkenal dan dicintai oleh anak buahnya, bagi kaum muslimin dia adalah seorang pahlawan nasional, publik mengenalnya sebagai Saifullah – “Pedang Allah”. Ketenarannya tampak membuat risau Khalifah Umar, yang khawatir bila Khalid dibiarkan terus semaunya suatu hari ia akan mencapai puncak kesombongan dan kezalimannya, tak lagi peduli dengan perintah Khalifah. Karena itu Umar membutuhkan alasan untuk mengambil tindakan hukum terhadap Khalid. Dia menemukan satu alasan seperti ketika Khalid, selama tinggal di Amid, Armenia, mandi dengan dengan zat tertentu yang mengandung khamr. Umar dalam suratnya kepada Khalid menanyakan perihal ini. Khalid menjawab, “Kami sudah menolaknya tetapi bahan pembersih tak ada selain khamr.”
Khalid juga diduga membayar Asy’as bin Qais, seorang penyair dan pahlawan perang Persia untuk membacakan puisi yang memujinya dengan bayaran sebesar 10.000 dirham yang diduga menggunakan kas negara. Karena itu Umar menuduhnya menyalahgunakan keuangan negara. Umar kemudian menulis surat kepada Abu Ubaidah supaya memanggil Khalid, dan mengikatnya dengan serbannya serta melepaskan qalansuwah-nya (topi kebesaran) sampai terungkap pemberiannya kepada Asy’as bin Qais. Dari harta sendiri atau dari harta rampasan perang. Kalau dia mengatakan itu adalah harta rampasan perang, maka itu adalah bukti pengkhianatannya. Dan bila dia mengatakan itu dari hartanya sendiri maka itu berarti pemborosan. Bagaimanapun juga ia mendapat perintah memecat Khalid bin Walid.
Abu Ubaidah yang mengagumi Khalid dan menghormati Khalifah Umar pun menjadi kebingungan. Bagaimanapun juga, Khalid akhirnya dipanggilnya namun untuk pelaksanaannya diserahkan kepada kurir Umar (yakni muadzin Nabi, Bilal). Dihadapan pasukannya Khalid naik ke atas mimbar, lalu Bilal pun menanyakan asal muasal hadiah pemberian kepada Asy’as bin Qais. Khalid menyatakan bahwa itu semua dari hartanya sendiri. Kejadian ini membuat Khalid marah dan merasa dipermalukan.
Kemudian Khalid pun mengunjungi Abu Ubaidah yang lantas memberitahunya bahwa dirinya dipecat atas perintah Khalifah Umar bin Khattab, dan diminta kembali ke Medinah. Di Medinah, dalam keadaan marah Khalid menemui Umar dan menyatakan protes terhadap perlakuan yang tidak adil kepadanya. Umar lalu menenangkannya dengan berkata, “Apa yang telah anda telah lakukan dan tidak ada seorang pun yang melakukan seperti yang anda lakukan. Tapi ini bukan tentang orang yang melakukan, Allah-lah yang melakukan….”
Kurang dari empat tahun setelah pemecatannya, Khalid meninggal dan dikuburkan di 642 di Emesa, di mana ia tinggal sejak pemecatannya dari kemilteran. Makamnya sekarang merupakan bagian dari sebuah masjid bernama Masjid Khalid bin al-Walid. Nisan Khalid menggambarkan daftar lebih dari 50 pertempuran yang ia menangi tanpa kekalahan (tidak termasuk pertempuran kecil).
Ketika mendengar bahwa Khalid bin Walid pun dipanggil oleh Sang Khaliq, Umar bin Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya “Si Pedang Allah” menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.

Keluarga
Tidak diketahui berapa banyak anak yang dimiliki Khalid, namun tiga putra dan seorang putri tercatat dalam sejarah.
Sulaiman bin Khalid
Abdulrehman bin Khalid
Muhajir bin Khalid
Sulaiman bin Khalid (putra tertua), tewas dalam penaklukan Mesir, Muhajir bin Khalid meninggal dalam Pertempuran Siffin saat berperang di sisi Khalifah Ali dan Abdulrehman bin Khalid menjadi Gubernur Emesa saat pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan serta berpartisipasi dalam Pertempuran Siffin sebagai salah satu jenderal dari Muawiyah I, ia juga bagian dari pasukan Umayyah yang mengepung Konstantinopel pada tahun 664. Abdulreman kemudian akan ditunjuk sebagai penerus dari Khalifah Muawiyah, tetapi menurut beberapa narasi (Kemungkinan besar dari Sumber Syiah) ia diracun oleh Muawiyah, karena Muawiyah ingin membuat anaknya Yazid I menjadi penggantinya. Garis keturunan laki-laki dari Khalid diyakini telah berakhir dengan cucunya, Khalid bin Abdur-Rahman bin Khalid.

Kata-kata Mutiara Khalid bin Walid
• Apakah kamu melihat sebuah ruang sebesar tangan di kaki, dada, dan lenganku yang tidak tertutupi oleh goresan-goresan akibat luka sabetan pedang, tusukan panah, atau tusukan tombak?
==> Khalid mengatakan ini pada seorang temannya beberapa hari sebelum ia wafat, empat tahun setelah pemberhentiannya dari pasukan.
• Jika kamu berada di awan, Allah akan mengangkat kami kepadamu atau menurunkan kamu kepada kami untuk berperang.
==> Khalid mengatakan ini pada pasukan Romawi ketika mereka mundur dari medan pertempuran Kota Chalcis yang berbenteng.
• Ketika aku berada di medan pertempuran, Aku lebih menyukainya daripada ketika aku berada di rumahku.
• Malam yang hujan ketika aku berdiri menggunakan baju zirah dengan pedang dan perisai di tanganku dan melihat lagi dan lagi ke arah timur, menunggu matahari terbit agar aku bisa memulai pertempuran.
==> Khalid mengatakan ini setelah diberhentikan dari pasukan oleh Khalifah Umar pada 638 M.
• Masuklah ke dalam Islam dan Kamu akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu dan kaummu akan kami lindingi, jika tidak, Kamu hanya akan mendapatkan dirimu bersalah atas konseuensinya, karena aku aka membawa kepadamu pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan.
==> Surat ini ditulis oleh Khalid kepada Gubernur Persia untuk wilayah Mesopotamia sebelum menyerbunya.
• Ketika Allah memutuskan suatu permasalahan, itu pasti terjadi.
• Aku telah mendedikasikan hidupku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
• Manusia mengharapkan sesuatu, tetapi Allah bermaksud melakukan yang lain.
• Bumi menghancurkan orang-orang bodoh, tetapi kepandaian menghancurkan bumi.
• Jika kamu jujur, kamu akan bertahan. Jika kamu berbohong, kamu akan musnah.
• Aku adalah bangsawan petarung, aku adalah Pedang Allah, aku Khalid ibn Al-Walid.
==> Ini adalah kalimat-kalimat terkenal yang biasa diucapkan Khalid di medan pertempuran.
• Aku adalah anak dari banyak kepala suku. Pedangku tajam dan mengerikan. Pedang ini adalah benda terkuat ketika periuk pertempuran telah mendidih dengan dahsyat. Aku adalah pilar Islam! Aku adalah Sahabat Nabi! Aku bangsawan petarung, Khalid ibn al-Walid!
• Aku akan memberimu tiga hari, jika gerbang-gerbang tidak dibuka dalam masa tersebut, aku akan menyerang. Dan nanti tidak akan ada lagi kesempatan seperti ini.
• Aku adalah anak al-Walid! Ada yang ingin berduel?
• Demi imanku, air ini akan pergi ke sisi pasukan yang tabah dan lebih pantas mendapatkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada sebelum Pertempuran Walaj yang menentukan, ketika pasukan Islam kehabisan air.
• Oh Tuhan! Jika Engkau memberi kami kemenangan, Aku tidak akan melihat satu pun petarung musuh yang hidup sampai sungai mereka mengalir bersama darah mereka!
==> Khalid mengatakan ini pada saat Pertempuran Ullais yang juga dikenal dengan sebutan Pertempuran Sungai Darah.
• Pada Pertempuran Mu’tah, aku mematahkan sembilan pedangku. Tetapi aku tidak pernah menemui musuh seperti orang-orang Persia. Dan di antara orang-orang Persia, aku tidak pernah bertemu dengan musuh seperti pasukan dalam Pertempuran Ullais.
==> Khalid mengucapkan ini sebagai penghormatannya pada prajurit-prajurit Persia yang sangat berani dalam Pertempuran Ullais yang berdarah.
• Tunggulah sebentar; akan datang kepadamu gunung-gunung yang membawa singa-singa dengan baju baja mengkilap, batalion yang diikuti oleh batalion-batalion lainnya.
==> Surat ini ditulis kepada Ayaz bin Ghanam yang meminta pasukan bantuan ketika mereka bertempur dengan beberapa suku Arab pemberontak di utara Arab.
• Aku tahu bahwa orang-orang ini tidak tahu apa-apa tentang perang.
==> Khalid berkata tentang orang-orang Persia dan Arab Kristen yang baru direkrut oleh pasukan Persia setelah Khalid menganalisis pengepungan An al Tamar di Iraq.
• Kita akan mengambil rute ini; jangan biarkan ketetapan hati kalian melemah. Ketahuilah bahwa pertolongan Allah datang sesuai dengan keinginanmu. Jangan ada yang ditakutkan oleh orang-orang Islam selama mereka mendapat pertolongan Allah.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu panglima bawahannya yang mencoba menghentikannya untuk mengambil rute jalan berbahaya menuju ke Syams dari Iraq melewati Gurun Syams. Panglima itu berkata, ”Kamu tidak bisa mengambil rute inidengan sebuah pasukan. Demi Allah, bahkan seorang yang melakukan perjalanan seorang diri akan mencobanya dengan mengetahui resiko bagi kehidupannya. Perjalanan itu akan membutuhkan lima hari yang penuh kesulitan yang ekstrem tanpa satu tetes pun air dan bahaya tersesat di gurun setiap saat.”
• Jika bukan demi kepentingan mematuhi perintah dari khalifah, aku tidak akan pernah menerima perintah ini. Kamu jauh lebih tinggi dariku dalam Islam. Aku adalah Sahabat Nabi, tetapi kamu adalah seseorang yang dipanggil Rasulullah “yang dipercaya oleh bangsa ini”.
==> Khalid mengatakannya kepada Abu Ubaydah ibn al-Jarrah ketika Khalid mendapat perintah untuk mengambil alih pimpinan seluruh pasukan di Syams, dan sebagai jawaban dari Abu Ubaydah, “Aku telah menerima surat dari Abu Bakr yang menunjukmu sebagai panglima bagiku dengan senang hati. Tidak ada kebencian dalam hatiku, karena aku tahu kemampuanmu dalam masalah perang.”
• Ambillah ini sebagai hadiah, tidak perlu membayar uang tebusan.
==> Khalid mengatakan ini ketika menyerahkan putri dari Kaisar Heraklius yang tertangkap dalam Pertempuran Marajul Debaj. Dalam pertempuran ini, Thomas, suami putri Heraklius itu tewas dalam duelnya melawan Khalid.
Heraklius menulis surat balasan pada Khalid,
“Aku telah mengetahui apa yang telah Kau lakukan pada tentaraku. Kamu telah membunuh menantuku dan menawan putriku. Engkau telah menang dan pergi dengan selamat. Sekarang aku meminta anakku kembali. Dan Kau pun mengembalikannya kepadaku sebagai hadiah tanpa pembayaran atau tebusan apapun, kehormatan adalah bagian yang sangat kuat dalam karaktermu.”
• Pujian bagi Allah yang telah menetapkan kematian atas Abu Bakr, yang lebih menyukaiku daripada Umar. Pujian untuk Allah yang telah memberikan kekuasaan pada Umar yang kurang menyukaiku daripada Abu Bakr, dan memaksaku untuk menyukainya.
==> Khalid mengatakan ini beberapa saat sebelum ia wafat. Abu Bakr mengangkatnya sebagai panglima utama pasukan dan Khalifah Umar memberhentikannya dari pasukan. Walaupun hubungan antar saudara sepupu, Khalid dan Umar, selalu menyisakan sangat sedikit kehangatan, tetapi kepemimpinan Umar yang luar biasa dan adil membuat Khalid kagum, ia pada saat wafatnya mewariskan seluruh hartanya kepada Umar dan menjadikannya sebagai wali bagi surat wasiat warisannya atas tanah dan harta bendanya.
• Semoga Allah memberi ampunan pada Abu Bakr! Jika ia masih hidup, aku tidak akan dibebastugaskan dari jabatan.
==> Khalid mengatakan ini saat Abu Bakr wafat dan penggantinya, Umar, mengganti Khalid dengan Abu Ubaydah, panglima utama yang baru.
• Jika Abu Bakr wafat dan Umar menjadi Khalifah, kami mendengar dan menaatinya.
==> Khalid mengatakan ini setelah wafatnya Abu Bakr.
• Demi Allah, jika Kamu menunjuk seorang anak kecil untuk memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku tidak menaatimu ketika derajat ke-Islamanmu jauh lebih daripada aku dan Kamu telah dijuluki sebagai “yang Dipercaya oleh Nabi”? Aku tidak akan pernah mencapai status itu. Aku umumkan di sini dan sekarang bahwa aku telah mendedikasikan diriku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
==> Khalid mengatakan ini pada Abu Ubaydah setelah dibebastugaskan dari jabatannya oleh Umar tanpa diberitahukan alasannya.
• Orang-orang Romawi ini adalah yang paling berani di antara orang-orang Romawi yang pernah kutemui.
==> Khalid memberi penghargaan pada prajurit Romawi yang ia kalahkan dalam Pertempuran Emesa.
• Betapa sedikitnya pasukan Romawi dan betapa banyaknya jumlah kita! Kekuatan sebuah pasukan tidak dinilai dari jumlahnya, tetapi dinilai dari pertolongan Allah padanya, dan kelemahan pasukan ada pada saat Allah meninggalkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu prajuritnya di Pertempuran Yarmuk. Prajurit itu sebelumnya berkata, “Betapa banyaknya jumlah pasukan Romawi dan betapa sedikitnya jumlah kita.”
• Aku memprotes sebagai sebagai seorang muslim atas apa yang teah Engkau putuskan. Demi Allah, Engkau telah tidak adil padaku, wahai Umar!
==> Khalid mengatakan ini pada Khalifah Umar yang memberhentikannya dari ketentaraan tahun 638.
• Umar menunjukku untuk Syams sampai ia berubah menjadi gandum dan madu; kemudian ia memberhentikanku!
==> Khalid mengatakannya pada istrinya setelah diberhentikan.
• Dan di sinilah aku, mati di atas tempat tidur, seperti domba mati. Semoga mata para pengecut tidak akan pernah tidur.
==> Kata-kata terakhir dari Khalid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar