Posted By : http://adrianirnandapratama.blogspot.com/adrian irnanda pratama
“Jenderal Arab Muslim paling
terkenal, Pedang Islam, sahabat Rasulullah, Khalid bin Walid. Arsitek agung
penaklukan Islam pertama di Abad ke-7.”
Itu adalah kata-kata dari Carole
Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab di Universitas of Edinburg
untuk menggambarkan Khalid bin Walid.
Khalid ibn al-Walid (584 – 642),
atau sering disingkat Khalid bin Walid, adalah seorang panglima perang
pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
yang termahsyur dan ditakuti di medan perang serta dijuluki sebagai Saifullah
Al-Maslul (pedang Allah yang terhunus). Dia adalah salah satu
dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang
kariernya.
Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun
sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum, suatu cabang
dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di
antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah
isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni
saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini
main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui
suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin
Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa
di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan
perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain
penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi
semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki
Ka’bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua
itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid
maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “O, Tuhan jangan
marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu”.
Suku Banu Makhzum mempunyai
tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus
gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan
senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain
yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut
terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah
yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid
bebas dari kewajiban-kewajibannya. Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar
berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya.
Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti
kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni
peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti
pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Sebab itulah dia menceburkan dirinya
kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian
mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan
perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli,
ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang
luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya
mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat
melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Lama kelamaan Khalid menanjak
menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang
memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan
penganut-penganut Islam.Itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat
orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab
itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam
harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy
yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran
terhadap Islam. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad
menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam
pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan
kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia
harus memperlihatkan kepada sukunya kualitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam
perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas
hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku
Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan. Arang telah tercoreng dimuka
orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari
lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk
membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin
Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin
membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya
bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam
pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan
baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah
genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk
menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi
memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana
jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap
kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam.
Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka
alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi
keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan
Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai
mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang
mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat
kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak
goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan
mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy
cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati.
Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat
orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar
pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu
kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi
kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia
menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih
tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan
mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada
taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat
pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang
Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak
Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang
lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka
menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah
kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang
Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai
ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu
kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat
mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali
tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni
perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu
kemenangan bagi orang Quraisy.
Memeluk Islam
Saat perjanjian perdamaian
(Perjanjian Hudaibiyyah, Maret 628 M) berlangsung antara kaum muslimin dan
kafir quraisy, sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad berkata kepada Walid
(saudara Khalid), “Seseorang seperti Khalid, pasti akan tertarik pada Islam“.
Walid kemudian mengirim surat kepada Khalid, membujuknya masuk Islam. Khalid
yang sebenarnya tidak terlalu mengidolakan berhala-berhala Ka’bah kemudian
mengajak bicara Ikrimah bin Abu-Jahal – teman semasa kecilnya – yang menentang
niatnya untuk masuk Islam.
Khalid kemudian diancam oleh Abu
Sufyan yang hendak menyerangnya dengan penuh amarah, namun dihalangi oleh
Ikrimah. “Sabar, Wahai Abu Sufyan, kemarahan Anda mungkin juga membawa saya
untuk bergabung dengan Muhammad. Khalid bebas untuk mengikuti agama apa pun ia
pilih“. Khalid sendiri membalas Abu Sufyan dengan menjawab bernada keras, “Demi
Allah orang suka atau tidak, sungguh dia benar.”
Bulan May 629 M, Khalid menuju
Madinah dan bertemu dengan Amru bin Ash dan Uthman bin Talha yang juga menuju
Madinah untuk masuk Islam. Mereka tiba di Madinah pada 31 May 629 serta segera
menuju rumah nabi Muhammad saw. Khalid kemudian diterima oleh sang kakak Walid
bin Walid yang lebih dahulu masuk Islam.
Kehidupan Dalam Islam
Partisipasi pertama Khalid dalam
membela Islam adalah perang Mut’ah. Dalam pertempuran ini, ia menjadi prajurit
biasa bersama 3.000 pasukan Madinah lainnya menghadapi sekitar 200.000 pasukan
Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia
ditunjuk untuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima: Zayd bin
Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dengan perannya ini,
pasukan Madinah bisa bertahan selama tujuh hari.
Ia mengubah posisi pasukan sayap
kanan ke sayap kiri dan begitu juga sebaliknya. Ia lalu membariskan seluruh
pasukannya dalam barisan yang amat panjang untuk memberikan kesan jumlah
pasukannya lebih banyak. Ia juga memerintahkan pasukannya untuk membuat debu
dan pasir beterbangan lebih dari yang seharusnya. Strateginya berjalan cukup
sukses dengan timbulnya kewas-wasan dalam hati pasukan Romawi karena mengira
pasukan Madinah menerima bantuan. Efek ini muncul karena mereka harus
berhadapan dengan wajah baru setiap harinya. Khalid lalu dengan lebih mudah
agak mengorientasikan pasukannya untuk selalu mundur sedikit demi sedikit.
Pasukan Romawi mengira hal ini adalah jebakan untuk membuat mereka masuk ke
gurun pasir Arab yang “kejam”. Hari ketujuh, perang berakhir dengan mundurnya
kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini, Khalid mematahkan sembilan pedangnya
yang menunjukkan betapa intensifnya pertempuran antar kedua belah pihak. Karena
kepemimpinannya dalam pertempuran ini juga, ia dijuluki Saifullah atau ‘Pedang
Allah’ oleh Rasulullah SAW.
Hari-hari berikutnya, Khalid bin
Walid tetap berada di barisan terdepan pembela panji Islam. Saat Fathu Makkah,
Khalid bin Walid diserahi Rasulullah sebagai pemimpin pasukan yang bergerak
dari arah dataran rendah Mekkah. Beliau bersama pasukan bergerak ke dalam kota
dan tidak mendapat perlawanan berarti, kecuali dari sebagian orang Quraisy
bodoh yang berhasil diatasi dengan mudah oleh pasukan Khalid bin Walid.
Pada perang Hunain, pasukan Muslimin
dari suku Bani Salim berada di bawah komando Khalid bin Walid.
Khalid juga terlibat dalam
Pertempuran Tabuk yang dipimpin langsung Nabi Muhammad saw. Khalid lalu dikirim
ke wilayah Daumat-ul-Jandal dimana ia berjuang dan berhasil menangkap pangeran
Arab Daumat-ul-Jandal, memaksa Daumat-ul-Jandal untuk menyerah.
Pada Januari 630 M, tahun ke 8 H,
Khalid dikirim Rasullullah saw untuk menghancurkan berhala (jin ) Uzza. Seorang
perempuan yang diklaim sebagai bentuk asli Uzza sukses dibunuh oleh Khalid.
Khalid juga dikirim oleh Rasulullah
saw untuk mengajak banu Jadhima masuk Islam.
Pada 631 M Khalid bin Walid turut
serta berpartisipasi dalam haji perpisahan Muhammad SAW. Dalam peristiwa ini,
ia mengumpulkan beberapa rambut Muhammad SAW, sebagai peninggalan suci, yang
akan menginspirasinya memenangkan pertempuran di masa mendatang.
Sepeninggal Rasulullah SAW, Khalid
tetap setia di jalan Islam. Hari-harinya disibukkan dengan rihlah jihad,
menyebarkan Islam ke penjuru Jazirah.
Era Khalifah Abu Bakar (632–634)
Pertempuran Riddah
Setelah kematian nabi Muhammad saw,
banyak suku arab yang memberontak dan menolak kekuasaan Madinah. Khalifah Abu
Bakar mengirim pasukan untuk mengatasi pemberontakan dan mereka yang murtad.
Khalid adalah salah satu penasehat utama Abu Bakar dan arsitek perencanaan
strategis Pertempuran Riddah. Dia diberi komando atas brigade muslimin terkuat
(terdiri dari pejuang pilihan muhajirin dan anshar) dan dikirim ke pusat arab,
daerah yang paling strategis dan sensitif di mana suku pemberontak paling kuat
tinggal. Daerah ini paling dekat dengan kubu muslim Madinah dan merupakan
ancaman terbesar ke kota. Pertama-tama, Khalid berangkat ke suku-suku
pemberontak Tayy dan Jalida, dimana Adi bin Hatim – seorang sahabat terkemuka
Nabi Muhammad, dan seorang kepala suku dari suku Tayy – dikirim sebagai
penengah. Kedua suku kemudian setuju kembali bergabung ke kekhalifahan.
Perjuangan Khalid dalam Pertempuran
Riddah
Pada pertengahan September 632 M,
Khalid mengalahkan Tulaiha, seorang pemimpin pemberontak yang mengaku sebagai
nabi untuk menarik dukungan bagi dirinya sendiri. Kekuasaan Tulaiha hancur
setelah pengikutnya yang tersisa dikalahkan di Pertempuran Ghamra. Khalid
berikutnya bergerak menuju Naqra dan mengalahkan pemberontak suku Bani Salim
dalam Pertempuran Naqra. Wilayah ini berhasil diamankan setelah Pertempuran
Zafar bulan Oktober 632 dengan kalahnya Salma seorang perempuan yang memimpin
sisa-sisa pembangkang murtad.
Kontroversi Pembunuhan Malik bin
Nuwairah
Setelah wilayah sekitar Madinah,
ibukota Islam, direbut kembali, Khalid memasuki Nejd, wilayah perkampungan dari
suku banu Tamim. Banyak dari anggota suku banu Tamim yang bergegas untuk
mengunjungi Khalid dan menyatakan tunduk kepada kekuasaan kekhalifahan. Tetapi
suku banu Yarbu, di bawah pimpinan Malik bin Nuwairah, menolak menyerah. Malik
kemudian memilih menghindari kontak langsung dengan pasukan Khalid dan
memerintahkan para pengikutnya untuk menyebar, dan ia dan keluarganya melarikan
diri melintasi padang pasir.
Malik kemudian tertangkap oleh
pasukan Khalid dan diserahkan kepada Khalid. Lalu diminta pertanggungjawaban
mengenai “kejahatannya”. Malik kemudian mengatakan, “sahabat anda mengatakan
ini, sahabat anda mengatakan bahwa…” merujuk kepada Abu Bakar, Khalid
menyatakan bahwa Malik murtad dan pemberontak, lalu memerintahkan agar dia
dieksekusi. Setelah eksekusi Malik, Khalid menikahi istrinya yang sangat
cantik, Layla bint al-Minhal (Umm Tamim) di malam harinya. Kasus Malik bin
Nuwairah ini memang penuh kontroversi karena Malik dan pengikutnya menyakini
bahwa mereka masih muslim.
Abu Qatadah al-Anshari, seorang
sahabat Muhammad, yang mendampingi Khalid sangat terkejut dengan perbuatan
Khalid meng-eksekusi mati Malik dan menikahi istrinya. Dengan keadaan marah, ia
segera kembali ke Madinah, dan melaporkan perbuatan Khalid kepada Khalifah Abu
Bakar. Ia juga bersumpah tidak akan mau lagi berada dibawah komando Khalid yang
telah membunuh seorang Muslim. Abu Bakar ternyata malah memuji Khalid dan
kemenangan-kemenangannya dan tidak senang dengan sikap Abu Qatadah.
Kemarahan Umar Terhadap Perbuatan
Khalid
Kecewa dengan reaksi Abu Bakar,
lantas Abu Qatadah mengadu kepada Umar bin Khattab. Umar ternyata sependapat
dengan Abu Qatadah bahwa Khalid mengampangkan hukum Allah. Umar segera menemui
Abu Bakar, meminta agar Khalid dipecat. “Pedang Khalid itu sangat tergesa-gesa
dan harus ada sanksinya.” ujar Umar. “Ah Umar! Dia sudah membuat pertimbangan
tapi salah. Jangan mengatakan yang bukan-bukan tentang Khalid.” jawab Abu
Bakar. Namun Umar bersikeras agar Khalid diberi sanksi. “Umar! Aku tak akan
menyarungkan pedang yang oleh Allah sudah dihunuskan kepada orang-orang kafir!”
kata Abu Bakar kesal.
Abu Bakar akhirnya memanggil Khalid
bin Walid ke Madinah untuk dimintai pertanggungjawaban. Tatkala Khalid tiba
dari medan perang, Umar lantas menemuinya dan memarahinya “Anda musuh Allâh!
Kau membunuh seorang Muslim dan kemudian menikahi istrinya. Demi Allâh, sungguh
akan kurajam engkau dengan batu!” Namun Abu Bakar kembali membela Khalid.
Pertempuran Yamamah
Setelah insiden Malik, Abu Bakar
mengirim Khalid untuk menghancurkan ancaman paling berbahaya bagi negara Islam
yang baru lahir. Yakni Musailimah, pemimpin banu Hanifah yang mengaku sebagai
nabi, dan sudah mengalahkan dua pasukan muslimin. Pada minggu ketiga bulan
Desember 632, Khalid meraih kemenangan yang menentukan melawan Musailimah pada
Pertempuran Yamamah. Musailimah tewas dalam pertempuran itu. Setelah peristiwa
ini, hampir semua pemberontakan suku-suku berhasil ditumpas dalam Pertempuran
Riddah yang berlangsung selama sekitar setahun.
Invasi Ke Wilayah Kekaisaran Persia
Setelah masalah pemberontakan
selesai, dan penduduk Arab kembali bersatu dalam panji Islam. Abu Bakar
khawatir melihat wilayah Islam yang terjepit diantara 2 kekaisaran besar
(Persia dan Romawi Bizantium) lantas memutuskan untuk menyerang Persia dan
Romawi. Khalid kemudian dikirim untuk memerangi Kekaisaran Persia dengan
pasukan yang terdiri dari 18.000 sukarelawan untuk menaklukkan provinsi terkaya
kekaisaran Persia, wilayah sungai Efrat Mesopotamia yang lebih rendah, (Irak).
Khalid dengan cepat meraih empat
pertempuran berturut-turut. Pertempuran Chains, berperang pada bulan April 633,
Pertempuran Sungai, bertempur di minggu ketiga bulan April 633, Pertempuran
Walaja, berperang Mei 633 dan Pertempuran Ullais, bertempur di pertengahan
bulan Mei 633. Pada minggu terakhir bulan Mei 633, Al-Hira, ibu kota daerah
Mesopotamia rendah, jatuh ke tangan Khalid. Penduduk Mesopotamia rendah (Irak)
memilih berdamai dengan membayar jizyah (upeti) setiap tahun serta setuju untuk
memberikan informasi intelijen bagi pasukan muslimin. Setelah beristirahat
pasukannya, pada bulan Juni 633. Khalid mengepung Anbar yang meskipun mendapat
perlawanan sengit berhasil direbut pada bulan Juli 633. Khalid kemudian bergerak
ke arah selatan, dan menguasai Tamr Ein ul pada minggu terakhir bulan Juli,
633.
Sekarang, hampir semua Mesopotamia
rendah, (wilayah utara Efrat), berada di bawah kendali Khalid. Sementara itu,
Khalid menerima permintaan permohonan bantuan dari Ayaz bin Ghanam di wilayah
Daumat-ul-Jandal. Agustus 633, Khalid pergi ke Daumat-ul-Jandal dan mengalahkan
para pemberontak dalam Pertempuran Daumat-ul-Jandal, menguasai benteng kota.
Dalam perjalanan kembali ke Mesopotamia, Khalid dikabarkan telah melakukan
perjalanan rahasia ke Mekah untuk berpartisipasi dalam haji.
Setelah kembali dari Arab, Khalid
menerima informasi intelijen bahwa adanya pasukan Persia dalam jumlah besar
dibantu orang Kristen Arab. Pasukan besar ini terbagi dalam empat kamp-kamp
yang berbeda di wilayah Efrat, di Hanafiz, Zumail, Saniyy dan terbesar berada
di Muzayyah. Khalid memilih menghindari pertempuran langsung melawan mereka
semua. Lantas memutuskan untuk menyerang dan menghancurkan setiap kamp-kamp
dalam serangan malam hari terpisah dari tiga sisi. Dia membagi pasukannya dalam
tiga unit, dan menyerang pasukan Persia dalam serangan terkoordinasi dari tiga
arah yang berbeda pada malam hari, dimulai dari Pertempuran Muzayyah, maka
Pertempuran Saniyy, dan akhirnya Pertempuran Zumail pada bulan November 633
Masehi.
Perjuangan Khalid dalam Pembebasan
Irak
Setelah serangkaian kemenangan,
sampailah Khalid dan pasukannya di Firaz yaitu perbatasan Irak dengan Syam.
Dalam pertempuran terakhir Khalid di wilayah Persia ini, bersama pasukannya
Khalid menghadapi pasukan gabungan Romawi, Persia dan Kristen Arab dalam
pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Firaz. Ketika Khalid sedang dalam
perjalanan untuk menyerang Qadissiyah, sebuah benteng kunci menuju Ctesiphon,
ia menerima surat dari Abu Bakar yang memerintahkannya untuk menuju Romawi
Bizantium di Suriah dengan maksud membebaskan Syam.
Invasi Ke Wilayah Timur Kekaisaran
Romawi Bizantium
Setelah sukses menaklukan provinsi
Persia – Sassanid Irak, Khalifah Abu Bakar mengirim sebuah ekspedisi untuk
menyerang Levant (Romawi Suriah). Invasi ini akan dilaksanakan oleh empat
pasukan dari empat arah berbeda. Bizantium menanggapi ancaman ini dengan
menempatkan pasukan-pasukannya saling berhadapan dengan masing-masing pasukan
muslimin. Bizantium juga memusatkan pasukan mereka di Ajnadyn (suatu tempat di
Palestina, mungkin al-Lajjun). Langkah pasukan muslim tertahan di wilayah
perbatasan, disebabkan kekuatan besar di pihak Romawi Bizantium. Tentara
muslimin tidak lagi bebas untuk bergerak ke Suriah pusat atau utara. Kekuatan
pasukan muslimin tampaknya terlalu kecil melawan ancaman pasukan Bizantium
dalam jumlah besar, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, komandan Muslim bagian depan
Suriah, meminta bala bantuan dari Khalifah. Abu Bakar menanggapinya dengan mengirimkan
bala bantuan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, dari Irak. Khalid yang ingin
melanjutkan perjuangannya membebaskan Persia merasa kesal. Khalid curiga bahwa
perintah Khalifah karena saran Umar bin Khattab.
Ada dua rute menuju Suriah dari
Irak, salah satunya melalui Daumat-ul-Jandal (sekarang dikenal sebagai Skaka)
dan yang lainnya adalah melalui Mesopotamia melewati Ar-Raqqah. Karena pasukan
Islam di Suriah yang membutuhkan bantuan secepatnya, Khalid menghindari rute
konvensional ke Suriah melalui Daumat-ul-Jandal karena jauh dan akan memerlukan
beberapa minggu untuk mencapai Suriah. Dia juga menghindari rute Mesopotamia
karena kehadiran pasukan Romawi di Suriah utara dan Mesopotamia. Berperang
dengan mereka pada saat pasukan muslimin sedang terkepung di Suriah, juga
berarti akan terjadi pertempuran di dua front. Khalid memilih rute yang tidak
terlalu jauh ke Suriah, jalur yang tidak biasa dilalui, yakni Gurun Suriah. Ia
berjalan bersama pasukannya melintasi gurun, di mana secara tradisi
diperkirakan prajuritnya akan berjalan selama dua hari tanpa setetes minum,
sebelum mencapai sumber air di oasis. Khalid memecahkan masalah kekurangan air
dengan menggunakan metode suku Badui. Unta yang diberi minum air yang banyak,
setelah unta tersebut sebelumnya dibuat sedemikian haus, sehingga akan
mendorong unta untuk minum banyak air pada satu waktu. Beberapa ekor unta
kemudian juga dibedah perutnya guna diambil kantong airnya untuk memberi minum
kuda-kuda. Cara ini terbukti efektif bagi pasukan muslim saat melintasi gurun.
Khalid memasuki Suriah pada bulan
Juni 634 dan dengan cepat merebut benteng perbatasan dari Sawa, Arak, Palmyra,
al-Sukhnah (Qaryatayn dan Hawarin direbut setelah Pertempuran Qarteen dan
Pertempuran Hawarin). Setelah menundukkan kota-kota ini, Khalid bergerak menuju
Bosra, sebuah kota dekat perbatasan Suriah-Arab dan ibukota kerajaan Ghassanid
Arab, pengikut dari Kekaisaran Romawi Timur. Dia menuju arah Damaskus melewati
gunung yang kini dikenal sebagai “Sanita-al-Uqab” (“jalan tembus Uqab”) dinamai
demikian karena pasukan Khalid mengibarkan al-Uqab, bendera Rasulullah. Dalam
perjalanan di Maraj-al-Rahat, Khalid melewati tentara Ghassanid Kristen Arab
dan terjadi pertempuran singkat yang dikenal sebagai Pertempuran Marj al-Rahit.
Dengan kabar kedatangan Khalid, Abu
Ubaidah memerintahkan Syurahbil bin Hasanah, salah satu dari empat komandan
pasukan muslimin, untuk menyerang kota Bosra. Pasukan Syurahbil bin Hasanah
yang kalah jumlah, ditertawakan oleh pasukan Romawi Byzantium dan Kristen Arab
yang berpikir akan mudah mengalahkannya, namun tanpa mereka duga pasukan Khalid
tiba dari gurun dan menyerang sisi belakang pasukan Romawi Bizantium,
menyelamatkan Shurhabil dari kekalahan. Pasukan musuh lantas mundur ke benteng
kota. Abu Ubaidah bergabung bersama Khalid bin Walid di Bosra. Kemudian Khalid,
sesuai instruksi dari khalifah, mengambil alih komando tertinggi. Benteng Bosra
menyerah pada pertengahan Juli 634, efektif mengakhiri dinasti Ghassanid.
Setelah merebut Bosra, Khalid memerintahkan semua pasukan untuk bergabung
dengannya di Ajnadayn, di mana mereka berjuang dalam pertempuran menentukan
melawan Bizantium tanggal 30 Juli 634. Sejarawan modern menganggap pertempuran
ini adalah pertempuran paling menentukan dalam mengakhiri kekuasaan Bizantium
di Suriah.
Akibat kekalahan di Pertempuran
Ajnadayn, wilayah kiri Suriah rentan terhadap tentara muslim. Sekarang, Khalid
bin Walid memutuskan untuk merebut Damaskus, benteng Bizantium. Di Damaskus,
Thomas, anak angkat Heraklius Kaisar Byzantium, yang bertanggung jawab atas
pertahanan kota, mendapat informasi intelijen, bahwa pasukan Khalid bergerak
menuju Damaskus, ia mempersiapkan pertahanan kota. Dia menulis kepada Kaisar
Heraklius, yang pada saat itu di Emesa, untuk mengirim bala bantuan. Selain
itu, Thomas, dalam rangka untuk menunda atau menghentikan pergerakan pasukan
Khalid mengirimkan pasukannya untuk bergerak maju. Dua pasukannya dikirim. Yang
pertama di Yaqusa pada pertengahan bulan Agustus dan yang lainnya di Maraj
as-Saffer pada tanggal 19 Agustus. Sementara itu, sebelum bala bantuan
Heraklius mencapai Damaskus, Khalid mengisolasi Damaskus dengan menempatkan
detasemen selatan di jalur Palestina dan di utara di jalur Damaskus dengan
Emesa, dan beberapa detasemen lain yang lebih kecil pada rute menuju Damaskus.
Bala bantuan Heraklius dicegat dan diserang oleh pasukan Khalid di Pertempuran
Sanita-al-Uqab, 30 km dari Damaskus.
Khalid memimpin serangan dan
menaklukkan Damaskus pada tanggal 18 September 634 setelah pengepungan selama
30 hari. Menurut beberapa sumber, pengepungan ini berlangsung selama sekitar
empat atau enam bulan. Kaisar Heraklius yang menerima berita jatuhnya Damaskus,
berangkat ke Antiokhia dari Emesa. Kavaleri muslimin di bawah Khalid menyerang
pasukan Bizantium dari Damaskus yang juga menuju ke Antiokhia, menyusul mereka
menggunakan jalan pintas yang tidak diketahui, dalam Pertempuran
Maraj-al-Debaj, 150 kilometer sebelah utara Damaskus.
Abu Bakar meninggal selama
pengepungan Damaskus dan Umar menjadi khalifah baru.
Era Khalifah Umar Bin Khattab
(634–644)
Langkah pertama Umar adalah
membebastugaskan Khalid dari komando tertinggi pasukan muslimin dan mengangkat
Abu Ubaidah sebagai komandan baru pasukan muslimin. Hubungan antara Khalid
dengan Umar telah menegang sejak insiden Malik bin Nuwairah. Akibatnya terjadi
krisis kepercayaan antara keduanya. Sosok Khalid yang tak terkalahkan, membuat
Umar khawatir seandainya kaum muslimin melupakan fakta bahwa semua kemenangan
ini karena pertolongan Allah.
Umar menjelaskan alasannya memecat
Khalid mengatakan: “Saya tidak memecat Khalid bin Walid karena benci atau
pengkhianatan tetapi karena semua orang sudah terpesona, saya khawatir orang
hanya percaya kepadanya dan hanya akan berkorban untuknya. Maka saya ingin
mereka tahu bahwa Allah Maha Pencipta dan supaya mereka tidak menjadi sasaran
fitnah.”
Ketika Abu Ubaidah datang, Khalid
berkata, “telah datang kepada kalian kepercayaan ummat ini. Saya pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kepercayaan ummat ini adalah Abu Uabidah
bin Jarhah.” Abu Ubaidah menimpali, “Saya juga mendengar Rasulullah SAW
bersabda”Khalid adalah pedang diantara pedang Allah, dialah sebaik-baik pemuda
dalam keluarga.”
Setelah menerima surat tentang
pencopotan dirinya dari kedudukan sebagai panglima perang yang kemudian
digantikan oleh Abu Ubaidah, dengan hati lapang Khalid bin Walid pun
menyerahkan kepemimpinan tersebut kepada sahabat mulia Abu Ubaidah.
Selanjutnyabeliau bertempur dengan penuh semangat sebagai anggota pasukan. Abu
Ubaidah yang seorang pengagum Khalid, memberinya komando kavaleri dan
menjadikannya sebagai penasihat militer.
Melihat semangat juang Khalid yang
tak pernah kendur meskipun kedudukannya dicopot, sebagian orang menanyakan
kepada beliau mengapa beliau tidak sakit hati dan tetap bersemangat berjihad
padahal tanpa ada satu kesalahanpun?? Dengan tenang beliiau menjawab,”Saya
berjihad karena mengharap ridho Rabbnya Umar , bukan karena Umar.”
Rupanya, kuatnya keikhlasan itulah
yang menjadikan Khalid bin Walid tidak luntur semangat jihadnya, baik saat
menjadi panglima maupun saat menjadi pasukan biasa. Beliau tidak peduli dengan
semua itu, yang penting Allah meridhoinya. Jadi, di mana pun posisinya, selama
masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang
ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid.
Aksi heroik Khalid sangat membantu
Abu Ubaidah dalam Penaklukan Levant Tengah, Pertempuran Emesa, Pertempuran
Damaskus bagian kedua, Pertempuran Yarmuk, Penaklukan Yerusalem, Penaklukan
Suriah Utara dan Perjalanan ke Armenia dan Anatolia.
Ada kisah unik pada perang Yarmuk,
dimana salah seorang panglima Romawi yang bermana George memanggil Khalid bin
Walid. Kedua orang panglima itu saling mendekat sampai kedua kepala kuda mereka
saling bertemu. Kepada Khalid, George bertanya: “Wahai Khalid, aku meminta kamu
berbicara dengan jujur dan jangan berdusta sedikitpun, kerana Tuhan Yang Maha
Mulia tidak pernah berdusta, dan jangan pula kamu menipuku, karana sesungguhnya
orang yang beriman
itu tidak akan berdusta di sisi Allah.”
“Tanyalah apa yang ingin engkau
tanyakan,” kata Khalid.
“Apakah Allah menurunkan kepada
Nabi-Nya Muhammad SAW sebuah pedang dari langit kemudian diberikannya kepadamu
sehingga jika kamu pakai pedang itu untuk berperang, pasti kamu akan menang?”
“Tidak!” Jawab Khalid.
“Apakah sebabnya kamu digelar dengan
Saifullah (Pedang Allah)?” Tanya George.
Khalid menjawab: “Ketika Allah SWT
mengutus Nabi Muhammad SAW, seluruh kaumnya sangat memusuhinya
termasuk juga aku, aku adalah orang yang paling membencinya. Setelah Allah SWT
memberikan hidayah-Nya kepadaku, maka aku pun masuk Islam. Ketika aku masuk
Islam Rasulullah SAW menerimaku dan memberi gelaran kepadaku “Saifullah” (pedang
Allah).”“Jadi tujuan kamu berperang ini untuk apa?” Tanya George. “Kami ingin
mengajak kamu supaya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
Muhammad itu adalah utusan Allah dan kami juga ingin mengajak kamu untuk mempercayai
bahwa segala apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW itu adalah benar.”
Jawab Khalid.
George bertanya: “Apakah hukumannya
bila orang itu tidak mau menerimanya?” Jawab Khalid: “Hukumannya adalah harus
membayar jizyah, maka kami tidak akan
memeranginya.”
“Bagaimana kalau mereka tidak mau
membayar?” Tanya George.
“Kami akan mengumumkan perang
kepadanya,” kata Khalid bin Walid.
Khalid menjawab: “Di hadapan Allah
SWT, kita akan sama semuanya, baik dia orang yang kuat, orang yang lemah, yang
dahulu maupun yang kemudian masuk Islam.”
“Apakah orang dahulu masuk Islam
kedudukannya akan sama dengan orang yang baru masuk?” Tanya George.
Khalid menjawab: “Orang yang datang
kemudian akan lebih tinggi kedudukannya dari orang yang terdahulu, sebab kami yang terlebih dahulu
masuk Islam, menerima Islam itu ketika Rasulullah SAW masih hidup dan kami
dapat menyaksikan turunnya wahyu kepada baginda. Sedangkan orang yang masuk
Islam kemudian tidak menyaksikan apa yang telah kami saksikan. Oleh kerana itu
siapa saja yang masuk Islam yang datang terakhir maka dia
akan lebih mulia kedudukannya, sebab dia masuk Islam tanpa menyaksikan
bukti-bukti yang lebih meyakinkannya terlebih dahulu.”
George bertanya: “Apakah yang kamu
katakan itu benar?”
“Demi Allah, sesungguhnya apa yang
aku katakan itu adalah benar,”jawab Khalid.
George berkata: “Kalau begitu aku
akan percaya kepada apa yang kamu katakan itu, mulai saat ini aku bertaubat untuk tidak lagi memusuhi Islam dan aku menyatakan diri masuk
ke dalam agama Islam, wahai Khalid tolonglah ajarkan aku tentang Islam.”
Lalu Khalid bin Walid membawa George
ke dalam khemahnya, kemudian menuangkan air ke dalam timba untuk menyuruh George
bersuci dan mengerjakan solat dua rakaat.
Ketika Khalid bersama dengan George
masuk ke dalam khemah, maka tentara Romawi mengadakan serangan besar-besaran terhadap
pertahanan umat Islam. Setelah selesai mengerjakan solat, maka Khalid bin Walid
bersama dengan George dan kaum Muslimin lainnya meneruskan peperangan sampai matahari terbenam dan di saat itu
kaum Muslimin mengerjakan solat Dzuhur dan Asar dengan isyarat saja.
Dalam pertempuran itu, George yang
telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu
terbunuh, dan dia hanya baru mengerjakan solat dua rakaat bersama dengan Khalid
bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keislamannya dan berjanji
untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya.
Pemecatan Khalid bin Walid Dari
Kemiliteran
Khalid bin Walid, sekarang, berada
di puncak karir, ia terkenal dan dicintai oleh anak buahnya, bagi kaum muslimin
dia adalah seorang pahlawan nasional, publik mengenalnya sebagai Saifullah –
“Pedang Allah”. Ketenarannya tampak membuat risau Khalifah Umar, yang khawatir
bila Khalid dibiarkan terus semaunya suatu hari ia akan mencapai puncak
kesombongan dan kezalimannya, tak lagi peduli dengan perintah Khalifah. Karena
itu Umar membutuhkan alasan untuk mengambil tindakan hukum terhadap Khalid. Dia
menemukan satu alasan seperti ketika Khalid, selama tinggal di Amid, Armenia,
mandi dengan dengan zat tertentu yang mengandung khamr. Umar dalam suratnya
kepada Khalid menanyakan perihal ini. Khalid menjawab, “Kami sudah menolaknya
tetapi bahan pembersih tak ada selain khamr.”
Khalid juga diduga membayar Asy’as
bin Qais, seorang penyair dan pahlawan perang Persia untuk membacakan puisi
yang memujinya dengan bayaran sebesar 10.000 dirham yang diduga menggunakan kas
negara. Karena itu Umar menuduhnya menyalahgunakan keuangan negara. Umar
kemudian menulis surat kepada Abu Ubaidah supaya memanggil Khalid, dan
mengikatnya dengan serbannya serta melepaskan qalansuwah-nya (topi kebesaran)
sampai terungkap pemberiannya kepada Asy’as bin Qais. Dari harta sendiri atau
dari harta rampasan perang. Kalau dia mengatakan itu adalah harta rampasan
perang, maka itu adalah bukti pengkhianatannya. Dan bila dia mengatakan itu
dari hartanya sendiri maka itu berarti pemborosan. Bagaimanapun juga ia
mendapat perintah memecat Khalid bin Walid.
Abu Ubaidah yang mengagumi Khalid
dan menghormati Khalifah Umar pun menjadi kebingungan. Bagaimanapun juga,
Khalid akhirnya dipanggilnya namun untuk pelaksanaannya diserahkan kepada kurir
Umar (yakni muadzin Nabi, Bilal). Dihadapan pasukannya Khalid naik ke atas
mimbar, lalu Bilal pun menanyakan asal muasal hadiah pemberian kepada Asy’as
bin Qais. Khalid menyatakan bahwa itu semua dari hartanya sendiri. Kejadian ini
membuat Khalid marah dan merasa dipermalukan.
Kemudian Khalid pun mengunjungi Abu
Ubaidah yang lantas memberitahunya bahwa dirinya dipecat atas perintah Khalifah
Umar bin Khattab, dan diminta kembali ke Medinah. Di Medinah, dalam keadaan
marah Khalid menemui Umar dan menyatakan protes terhadap perlakuan yang tidak
adil kepadanya. Umar lalu menenangkannya dengan berkata, “Apa yang telah anda
telah lakukan dan tidak ada seorang pun yang melakukan seperti yang anda
lakukan. Tapi ini bukan tentang orang yang melakukan, Allah-lah yang
melakukan….”
Kurang dari empat tahun setelah pemecatannya,
Khalid meninggal dan dikuburkan di 642 di Emesa, di mana ia tinggal sejak
pemecatannya dari kemilteran. Makamnya sekarang merupakan bagian dari sebuah
masjid bernama Masjid Khalid bin al-Walid. Nisan Khalid menggambarkan daftar
lebih dari 50 pertempuran yang ia menangi tanpa kekalahan (tidak termasuk
pertempuran kecil).
Ketika mendengar bahwa Khalid bin
Walid pun dipanggil oleh Sang Khaliq, Umar bin Khathab menangis. Bukan karena
menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia sedih karena tidak sempat
mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya “Si Pedang Allah” menempati
posisi khusus di sisi Allah SWT.
Keluarga
Tidak diketahui berapa banyak anak
yang dimiliki Khalid, namun tiga putra dan seorang putri tercatat dalam
sejarah.
Sulaiman bin Khalid
Abdulrehman bin Khalid
Muhajir bin Khalid
Sulaiman bin Khalid (putra tertua),
tewas dalam penaklukan Mesir, Muhajir bin Khalid meninggal dalam Pertempuran
Siffin saat berperang di sisi Khalifah Ali dan Abdulrehman bin Khalid menjadi
Gubernur Emesa saat pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan serta berpartisipasi
dalam Pertempuran Siffin sebagai salah satu jenderal dari Muawiyah I, ia juga
bagian dari pasukan Umayyah yang mengepung Konstantinopel pada tahun 664.
Abdulreman kemudian akan ditunjuk sebagai penerus dari Khalifah Muawiyah,
tetapi menurut beberapa narasi (Kemungkinan besar dari Sumber Syiah) ia diracun
oleh Muawiyah, karena Muawiyah ingin membuat anaknya Yazid I menjadi
penggantinya. Garis keturunan laki-laki dari Khalid diyakini telah berakhir dengan
cucunya, Khalid bin Abdur-Rahman bin Khalid.
Kata-kata Mutiara Khalid bin Walid
• Apakah kamu melihat sebuah ruang
sebesar tangan di kaki, dada, dan lenganku yang tidak tertutupi oleh
goresan-goresan akibat luka sabetan pedang, tusukan panah, atau tusukan tombak?
==> Khalid mengatakan ini pada seorang temannya beberapa hari sebelum ia wafat, empat tahun setelah pemberhentiannya dari pasukan.
==> Khalid mengatakan ini pada seorang temannya beberapa hari sebelum ia wafat, empat tahun setelah pemberhentiannya dari pasukan.
• Jika kamu berada di awan, Allah
akan mengangkat kami kepadamu atau menurunkan kamu kepada kami untuk berperang.
==> Khalid mengatakan ini pada pasukan Romawi ketika mereka mundur dari medan pertempuran Kota Chalcis yang berbenteng.
==> Khalid mengatakan ini pada pasukan Romawi ketika mereka mundur dari medan pertempuran Kota Chalcis yang berbenteng.
• Ketika aku berada di medan
pertempuran, Aku lebih menyukainya daripada ketika aku berada di rumahku.
• Malam yang hujan ketika aku
berdiri menggunakan baju zirah dengan pedang dan perisai di tanganku dan
melihat lagi dan lagi ke arah timur, menunggu matahari terbit agar aku bisa
memulai pertempuran.
==> Khalid mengatakan ini setelah diberhentikan dari pasukan oleh Khalifah Umar pada 638 M.
==> Khalid mengatakan ini setelah diberhentikan dari pasukan oleh Khalifah Umar pada 638 M.
• Masuklah ke dalam Islam dan Kamu
akan selamat. Atau bayarlah jizyah, dan Kamu dan kaummu akan kami lindingi,
jika tidak, Kamu hanya akan mendapatkan dirimu bersalah atas konseuensinya,
karena aku aka membawa kepadamu pasukan yang mencintai kematian seperti kamu
mencintai kehidupan.
==> Surat ini ditulis oleh Khalid kepada Gubernur Persia untuk wilayah Mesopotamia sebelum menyerbunya.
==> Surat ini ditulis oleh Khalid kepada Gubernur Persia untuk wilayah Mesopotamia sebelum menyerbunya.
• Ketika Allah memutuskan suatu
permasalahan, itu pasti terjadi.
• Aku telah mendedikasikan hidupku
menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
• Manusia mengharapkan sesuatu,
tetapi Allah bermaksud melakukan yang lain.
• Bumi menghancurkan orang-orang
bodoh, tetapi kepandaian menghancurkan bumi.
• Jika kamu jujur, kamu akan
bertahan. Jika kamu berbohong, kamu akan musnah.
• Aku adalah bangsawan petarung, aku
adalah Pedang Allah, aku Khalid ibn Al-Walid.
==> Ini adalah kalimat-kalimat terkenal yang biasa diucapkan Khalid di medan pertempuran.
==> Ini adalah kalimat-kalimat terkenal yang biasa diucapkan Khalid di medan pertempuran.
• Aku adalah anak dari banyak kepala
suku. Pedangku tajam dan mengerikan. Pedang ini adalah benda terkuat ketika
periuk pertempuran telah mendidih dengan dahsyat. Aku adalah pilar Islam! Aku
adalah Sahabat Nabi! Aku bangsawan petarung, Khalid ibn al-Walid!
• Aku akan memberimu tiga hari, jika
gerbang-gerbang tidak dibuka dalam masa tersebut, aku akan menyerang. Dan nanti
tidak akan ada lagi kesempatan seperti ini.
• Aku adalah anak al-Walid! Ada yang
ingin berduel?
• Demi imanku, air ini akan pergi ke
sisi pasukan yang tabah dan lebih pantas mendapatkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada sebelum Pertempuran Walaj yang menentukan, ketika pasukan Islam kehabisan air.
==> Khalid mengatakan ini pada sebelum Pertempuran Walaj yang menentukan, ketika pasukan Islam kehabisan air.
• Oh Tuhan! Jika Engkau memberi kami
kemenangan, Aku tidak akan melihat satu pun petarung musuh yang hidup sampai
sungai mereka mengalir bersama darah mereka!
==> Khalid mengatakan ini pada saat Pertempuran Ullais yang juga dikenal dengan sebutan Pertempuran Sungai Darah.
==> Khalid mengatakan ini pada saat Pertempuran Ullais yang juga dikenal dengan sebutan Pertempuran Sungai Darah.
• Pada Pertempuran Mu’tah, aku
mematahkan sembilan pedangku. Tetapi aku tidak pernah menemui musuh seperti
orang-orang Persia. Dan di antara orang-orang Persia, aku tidak pernah bertemu
dengan musuh seperti pasukan dalam Pertempuran Ullais.
==> Khalid mengucapkan ini sebagai penghormatannya pada prajurit-prajurit Persia yang sangat berani dalam Pertempuran Ullais yang berdarah.
==> Khalid mengucapkan ini sebagai penghormatannya pada prajurit-prajurit Persia yang sangat berani dalam Pertempuran Ullais yang berdarah.
• Tunggulah sebentar; akan datang
kepadamu gunung-gunung yang membawa singa-singa dengan baju baja mengkilap,
batalion yang diikuti oleh batalion-batalion lainnya.
==> Surat ini ditulis kepada Ayaz bin Ghanam yang meminta pasukan bantuan ketika mereka bertempur dengan beberapa suku Arab pemberontak di utara Arab.
==> Surat ini ditulis kepada Ayaz bin Ghanam yang meminta pasukan bantuan ketika mereka bertempur dengan beberapa suku Arab pemberontak di utara Arab.
• Aku tahu bahwa orang-orang ini
tidak tahu apa-apa tentang perang.
==> Khalid berkata tentang orang-orang Persia dan Arab Kristen yang baru direkrut oleh pasukan Persia setelah Khalid menganalisis pengepungan An al Tamar di Iraq.
==> Khalid berkata tentang orang-orang Persia dan Arab Kristen yang baru direkrut oleh pasukan Persia setelah Khalid menganalisis pengepungan An al Tamar di Iraq.
• Kita akan mengambil rute ini;
jangan biarkan ketetapan hati kalian melemah. Ketahuilah bahwa pertolongan
Allah datang sesuai dengan keinginanmu. Jangan ada yang ditakutkan oleh
orang-orang Islam selama mereka mendapat pertolongan Allah.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu panglima bawahannya yang mencoba menghentikannya untuk mengambil rute jalan berbahaya menuju ke Syams dari Iraq melewati Gurun Syams. Panglima itu berkata, ”Kamu tidak bisa mengambil rute inidengan sebuah pasukan. Demi Allah, bahkan seorang yang melakukan perjalanan seorang diri akan mencobanya dengan mengetahui resiko bagi kehidupannya. Perjalanan itu akan membutuhkan lima hari yang penuh kesulitan yang ekstrem tanpa satu tetes pun air dan bahaya tersesat di gurun setiap saat.”
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu panglima bawahannya yang mencoba menghentikannya untuk mengambil rute jalan berbahaya menuju ke Syams dari Iraq melewati Gurun Syams. Panglima itu berkata, ”Kamu tidak bisa mengambil rute inidengan sebuah pasukan. Demi Allah, bahkan seorang yang melakukan perjalanan seorang diri akan mencobanya dengan mengetahui resiko bagi kehidupannya. Perjalanan itu akan membutuhkan lima hari yang penuh kesulitan yang ekstrem tanpa satu tetes pun air dan bahaya tersesat di gurun setiap saat.”
• Jika bukan demi kepentingan
mematuhi perintah dari khalifah, aku tidak akan pernah menerima perintah ini.
Kamu jauh lebih tinggi dariku dalam Islam. Aku adalah Sahabat Nabi, tetapi kamu
adalah seseorang yang dipanggil Rasulullah “yang dipercaya oleh bangsa ini”.
==> Khalid mengatakannya kepada Abu Ubaydah ibn al-Jarrah ketika Khalid mendapat perintah untuk mengambil alih pimpinan seluruh pasukan di Syams, dan sebagai jawaban dari Abu Ubaydah, “Aku telah menerima surat dari Abu Bakr yang menunjukmu sebagai panglima bagiku dengan senang hati. Tidak ada kebencian dalam hatiku, karena aku tahu kemampuanmu dalam masalah perang.”
==> Khalid mengatakannya kepada Abu Ubaydah ibn al-Jarrah ketika Khalid mendapat perintah untuk mengambil alih pimpinan seluruh pasukan di Syams, dan sebagai jawaban dari Abu Ubaydah, “Aku telah menerima surat dari Abu Bakr yang menunjukmu sebagai panglima bagiku dengan senang hati. Tidak ada kebencian dalam hatiku, karena aku tahu kemampuanmu dalam masalah perang.”
• Ambillah ini sebagai hadiah, tidak
perlu membayar uang tebusan.
==> Khalid mengatakan ini ketika menyerahkan putri dari Kaisar Heraklius yang tertangkap dalam Pertempuran Marajul Debaj. Dalam pertempuran ini, Thomas, suami putri Heraklius itu tewas dalam duelnya melawan Khalid.
Heraklius menulis surat balasan pada Khalid,
“Aku telah mengetahui apa yang telah Kau lakukan pada tentaraku. Kamu telah membunuh menantuku dan menawan putriku. Engkau telah menang dan pergi dengan selamat. Sekarang aku meminta anakku kembali. Dan Kau pun mengembalikannya kepadaku sebagai hadiah tanpa pembayaran atau tebusan apapun, kehormatan adalah bagian yang sangat kuat dalam karaktermu.”
==> Khalid mengatakan ini ketika menyerahkan putri dari Kaisar Heraklius yang tertangkap dalam Pertempuran Marajul Debaj. Dalam pertempuran ini, Thomas, suami putri Heraklius itu tewas dalam duelnya melawan Khalid.
Heraklius menulis surat balasan pada Khalid,
“Aku telah mengetahui apa yang telah Kau lakukan pada tentaraku. Kamu telah membunuh menantuku dan menawan putriku. Engkau telah menang dan pergi dengan selamat. Sekarang aku meminta anakku kembali. Dan Kau pun mengembalikannya kepadaku sebagai hadiah tanpa pembayaran atau tebusan apapun, kehormatan adalah bagian yang sangat kuat dalam karaktermu.”
• Pujian bagi Allah yang telah
menetapkan kematian atas Abu Bakr, yang lebih menyukaiku daripada Umar. Pujian
untuk Allah yang telah memberikan kekuasaan pada Umar yang kurang menyukaiku
daripada Abu Bakr, dan memaksaku untuk menyukainya.
==> Khalid mengatakan ini beberapa saat sebelum ia wafat. Abu Bakr mengangkatnya sebagai panglima utama pasukan dan Khalifah Umar memberhentikannya dari pasukan. Walaupun hubungan antar saudara sepupu, Khalid dan Umar, selalu menyisakan sangat sedikit kehangatan, tetapi kepemimpinan Umar yang luar biasa dan adil membuat Khalid kagum, ia pada saat wafatnya mewariskan seluruh hartanya kepada Umar dan menjadikannya sebagai wali bagi surat wasiat warisannya atas tanah dan harta bendanya.
==> Khalid mengatakan ini beberapa saat sebelum ia wafat. Abu Bakr mengangkatnya sebagai panglima utama pasukan dan Khalifah Umar memberhentikannya dari pasukan. Walaupun hubungan antar saudara sepupu, Khalid dan Umar, selalu menyisakan sangat sedikit kehangatan, tetapi kepemimpinan Umar yang luar biasa dan adil membuat Khalid kagum, ia pada saat wafatnya mewariskan seluruh hartanya kepada Umar dan menjadikannya sebagai wali bagi surat wasiat warisannya atas tanah dan harta bendanya.
• Semoga Allah memberi ampunan pada
Abu Bakr! Jika ia masih hidup, aku tidak akan dibebastugaskan dari jabatan.
==> Khalid mengatakan ini saat Abu Bakr wafat dan penggantinya, Umar, mengganti Khalid dengan Abu Ubaydah, panglima utama yang baru.
==> Khalid mengatakan ini saat Abu Bakr wafat dan penggantinya, Umar, mengganti Khalid dengan Abu Ubaydah, panglima utama yang baru.
• Jika Abu Bakr wafat dan Umar
menjadi Khalifah, kami mendengar dan menaatinya.
==> Khalid mengatakan ini setelah wafatnya Abu Bakr.
==> Khalid mengatakan ini setelah wafatnya Abu Bakr.
• Demi Allah, jika Kamu menunjuk
seorang anak kecil untuk memimpinku, aku akan menaatinya. Bagaimana mungkin aku
tidak menaatimu ketika derajat ke-Islamanmu jauh lebih daripada aku dan Kamu
telah dijuluki sebagai “yang Dipercaya oleh Nabi”? Aku tidak akan pernah
mencapai status itu. Aku umumkan di sini dan sekarang bahwa aku telah
mendedikasikan diriku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi.
==> Khalid mengatakan ini pada Abu Ubaydah setelah dibebastugaskan dari jabatannya oleh Umar tanpa diberitahukan alasannya.
==> Khalid mengatakan ini pada Abu Ubaydah setelah dibebastugaskan dari jabatannya oleh Umar tanpa diberitahukan alasannya.
• Orang-orang Romawi ini adalah yang
paling berani di antara orang-orang Romawi yang pernah kutemui.
==> Khalid memberi penghargaan pada prajurit Romawi yang ia kalahkan dalam Pertempuran Emesa.
==> Khalid memberi penghargaan pada prajurit Romawi yang ia kalahkan dalam Pertempuran Emesa.
• Betapa sedikitnya pasukan Romawi
dan betapa banyaknya jumlah kita! Kekuatan sebuah pasukan tidak dinilai dari
jumlahnya, tetapi dinilai dari pertolongan Allah padanya, dan kelemahan pasukan
ada pada saat Allah meninggalkannya.
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu prajuritnya di Pertempuran Yarmuk. Prajurit itu sebelumnya berkata, “Betapa banyaknya jumlah pasukan Romawi dan betapa sedikitnya jumlah kita.”
==> Khalid mengatakan ini pada salah satu prajuritnya di Pertempuran Yarmuk. Prajurit itu sebelumnya berkata, “Betapa banyaknya jumlah pasukan Romawi dan betapa sedikitnya jumlah kita.”
• Aku memprotes sebagai sebagai
seorang muslim atas apa yang teah Engkau putuskan. Demi Allah, Engkau telah
tidak adil padaku, wahai Umar!
==> Khalid mengatakan ini pada Khalifah Umar yang memberhentikannya dari ketentaraan tahun 638.
==> Khalid mengatakan ini pada Khalifah Umar yang memberhentikannya dari ketentaraan tahun 638.
• Umar menunjukku untuk Syams sampai
ia berubah menjadi gandum dan madu; kemudian ia memberhentikanku!
==> Khalid mengatakannya pada istrinya setelah diberhentikan.
==> Khalid mengatakannya pada istrinya setelah diberhentikan.
• Dan di sinilah aku, mati di atas
tempat tidur, seperti domba mati. Semoga mata para pengecut tidak akan pernah
tidur.
==> Kata-kata terakhir dari Khalid.
==> Kata-kata terakhir dari Khalid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar